Sunday, January 15, 2012

Diplomasi Yang Gagal di Sebuah Toko**:sebuah pengakuan kepada seseorang yg mengalami krisis kepercayan

Disudut kotaku serang,ada sebuah toko grosir mainan anak2,yg cukup besar.setiap hari dipadati pengunjung yg kebanyakan pedagang keliling mainan anak-anak.selain itu juga banyak orangtua,anak-anak yg membeli secara eceran.Saya memperkirakan omzet-nya cukup tinggi,bisa jadi labanya-pun perbulan bisa melebihi gajih pokok seorang pejabat PNS Eselon II atau bahkan mungkin seorang GM pada sebuah perusahaan swasta,terlihat dari aset yg mereka punya baik barang dagangan,gedung,kendaraan dan juga karyawan-karyawan yg cukup banyak.Syukur Alhamdulillah,sebuah bisnis yg berjalan tanpa harus bersinggungan/berhubungan dengan aparat pemerintahan yg kebanyakan (tidak semuanya) latah ingin ikut2an bisnis dengan para pengusaha…uuh cape deeeech.

Saya,santi dan Farras pernah beberapa kali berkunjung untuk membeli beberapa mainan,lumayan cukup murah dibanding membeli di Mall2 yg mengenakan tarip sewa /pajak/pungutan yg lumayan bisa membuat harga jual tinggi kepada konsumen.Selain itupun kami bisa menyesuaikan budget yg kami miliki,yang penting mainan terbeli,dan anak saya Farras merasa senang walau umur mainan tersebut tidak terlalu lama karena dimutilasi setiap kali bermain.

Biasa dipanggil bu Haji namanya,yg langsung menghandle transaksi jual beli(bos merangkap kasir) di toko tersebut,memakai kudung yg menutupi rambut(bukan jenis jilbab),memakai beberapa perhiasan,perawakannya masih muda,pendatang,berlogat jawa,terlihat segar,sedikit terkesan jutek..(maap bu haji..ini kesan pertama saya ketemu).Beberapa kali saya pernah menyaksikan sambil tersenyum dan termehek-mehek,anak-anak kecil yg berbondong-bondong datang berkunjung untuk membeli beberapa mainan,digiring oleh pegawai-pegawainya untuk segera melakukan pembayaran di depan bu haji,memang saat itu bu haji mengingatkan pegawainya untuk menyuruh anak2 tersebut segera melakukan pembayaran,tetep dengan wajah setengah jutek sambil berkata lirih :”awasi koh bocah-bocah bokan padeu kabur”(awasi anak-anak nanti takut pada kabur).biasanya saya cuma tersenyum saja tanpa berkomentar,dasar anak-anak sambil senyum-senyum mereka satu persatu merogoh uang dari kantongnya,sambil,berujar ini ada uangnya Bu hajiiii….moal kabur..bayar pasti….*sambil nyengir malu2*.entah pengalaman apa yg membuat bu haji begitu over protected dan parno terhadap para customernya,terutama anak-anak,maklum juga seeeh karena sistim transaksinya masih dengan cara konvensional dan tanpa pengaman camera yg siap menangkap para pengutil yg layaknya di Mall2 besar….cukup dengan menggunakan mata telanjang dan sesekali berteriak mengingatkan…mereka memilih lelah mungkin daripada harus ribet memikirkan manajemen dagang/toko…yg penting barang habis duit kumpulllll…Amiin…….*terbukti kok sekarang sudah tajir*

Siapa sangka gaya pengawasan terpadu dan melekat-nya Bu Haji n crew,akhirnya menimpa juga pada kami yg sebelumnya tidak sampai terpikir bisa bakal menagalami hal serupa seperti anak2,malahan ini lebih tragis n menyedihkan.Beberapa bulan yg lalu kami(saya,santi n Farras) berkunjung ke toko tersebut,untuk memenuhi permintaan anak yg kepingin sebuah mobil2an yg dia liat di rumah tetangga.Mobil Ambulance yg dia minta,,,nguing..nguing…nguing…begitu dia menirukan suara mobil tersebut.sebagai ortu selagi ada, kami langsung memenuhi permintaannya.Seperti biasa sore itu,tempat bu haji ramai dipadati pengunjung,baik pedagang eceran atopun perorangan,terlihat bu haji begitu sibuk menerima,dan melayani uang (yang kebayakan sudah lecek) kembalian dari para customernya,seperti biasa dengan wajah tanpa senyum(setengah jutek) dan tanpa ada basa-basi “say thanks” pada customernya,beda banget dengan para kasir di mall2,yg cantik dan selalu mengumbar senyuman ke setiap pengunjung *tuntutan manajemen kali ya* bisa2 kering itu gigi kebanyakan nyengir.kami mulai bergerilya untuk memilih mainan yg bagus dan sesuai permintaan anaku farras,sempat beberapa kali bolak-balik memilih beberapa mainan,yang ini terus gak jadi,ganti lagi dan gak jadi lagi..sampai akhirnya karyawan perempuan yg masih muda nyeletuk:..udach dong pak jangan milih2 teruuus *sekarang bener2 dengan menunjukan paras jutek*,saya kaget ditegur begitu,dan sempat berpikir apa ini hasil kaderisasi/training dari sang bos/majikan yg memang agak setengah jutek,atau memang sudah merasa tertekan dengan system yg diterapkan majikan..Wallahu A’lam,saya gak mau kalah menjawab :namanya juga anak2 mbak,lagian kita khan pembeli harus dilayani dong dengan ramah *kali ini saya ikut2an bernada jutek pula*,istri saya hanya diem,karena memang dasarnya tidak pernah banyak bicara,walau sebenarnya bisa lebih jutek lagi dari si mbak dan saya…*maaf ya bu,becanda*.sampai akhirnya saya ngeloyor dan sambil ngomong ke si mbak bahwa saya akan bayar nih langsung,mbak liatin ya??..murah memang mainannya Cuma Rp.25,000..batin saya…sambil melangkah ke tempat bu haji,istri saya berbisik:yah,masih ngomel2 tuch si mbaknya,biarin ajalah bu saya menjawab.

Sempat ngantri kami di depan bu haji,karena kebetulan banyak yg sedang melakukan transaksi,ya..tanpa nota memang,bayar sesuai harga dan langsung boleh dicoba,complain barang dilayani saat itu pula,begitu keluar toko, pelayanan “after sales services” tidak berlaku lagi.Sambil tetap melayani yg lain,bu haji pun menhandle pembayaran barang yg saya beli,sambil sedikit berteriak ke si mbak “pireu iki(berapa ini)”.menanyakan harga barang yg saya bawa..”25 ribu..saut si mbak”..istri saya mengeluarkan dompet,dan mengeluarkan uang Rp.50rb-an,sambil sibuk yg lain,bu haji memberikan uang kembalian 2 10rb-an,1 5rb-an…maksih ya bu haji??...ya..saut bu haji sambil tidak menatap wajahku,karena dia sedang sibuk melayani….maklumlah saya”.tiba sekarang mainan dicoba,sambil dipandu pelayan cowok,si ambulance berputar2 kesana-kemari,dan saat bersama pun terlihat seorang anak sedang mencoba mainan pesawat yg menurut saya lebih menarik…,anak saya melirik,dan langsung bilang :..”yah itu aja…sambil menunjuk mainan tersebut”.saya nanya pada pelayan,bisa tukerkah?si pelayan mengangguk..dan memang kebetulan punya harga yg sama.langsung saya menuju ke si mbak tadi,dan kali ini saya lebih lembut sambil mohon maaf untuk menukar barang tersebut,dan saya bilang saya udah membayar tadi ke bu haji,si mbaknya mengangguk menyetujui,lebih cool..karena memang saya saat itu menunjukan rasa bersalah..Alhamdulillah….,Pesawat pun dicoba,,,terlihat senang anak saya,melihat mainan layaknya pesawat beneran yg sedang ancang2 lepas landas…bungkus mang!!dan saya lalu kembali menghampiri bu haji *seharusnya tidak saya lakukan* untuk bilang bahwa mainan tadi saya tukar dengan harga yg sama….bu haji mengannguk,dan terlihat jelas di mata saya raut muka dia sedang mengingat sesuatu…beberapa langkah lagi kami keluar toko,tiba2 saya ditegur seorang pelayan”pak dipanggil bu haji”,ups..saya kaget saat itu saya berpikir ada yg tidak beres dengan uang saya atau masalah harga barang yg saya beli.”ada apa bu haji?”,”bapak belum bayar ya tadi”kata bu haji.saat itu saya kaget sekali,dan lansung saja saya menerangkan bahwa saya sudah bayar,istri saya yg mengeluarkan uang dengan nominal 50rb dan saya sebutkan jumlah pecahan yg bu haji berikan pada saya,lalu kutunjukan uang kembalian yg ditaro di kantung baju saya.,bu haji tetep saja nggak ngerasa bahwa dia sudah menerima uang,walau istripun ikut meyakinkan dia,malah sempat istri saya merasa terpancing mengucapkan sumpah segala “DEMI Allah Bu Haji”,yg kemudian saya ingatkan untuk tidak berkata seperti itu.”terus maunya buhaji gimana,kami sudah mengatakan dengan jujur,tapi tetep saja bu haji tidak percaya”,…..”gak tau saya,yg jelas saya gak ngerasa menerima”,,kesel saya saat itu,pengen rasanya saya membentak,tapi saya coba untuk tenang,walau tetep kata2 yg keluar dari mulut saya agak sedikit tinggi…Akhirnya saya mencoba mencari dukungan pada karyawan2 disana,karena saya yakin beberpa orang melihat saya melakukan transaksi dengan pecahan uang Rp.50rb…,,,di luar dugaan semua karyawan hanya diam,tidak ada jawaban satu patah katapun.saat itu seluruh pengunjung sudah mulai memperhatikan perdebatan kita,memang lumayan keras suara saya,karena emosi yg setengah terkendali.,..saat itu saya merasa buntu untuk mengeluarkan kata2 yg bisa meyakinkan bu haji yg sudah trauma dan mengalami krisis kepercayaan pada siapapun.,saya menghela nafas panjang..dan mencoba kembali mengatakan dengan sejujurnya *kali ini dengan suara yg lembut* sapa tau buhaji bisa 100% percaya pada kami,,hah memang udah dasar wataknya,dia tetep aja bilang bahwa dia gak pernah menerima pembayaran dari saya…..,untuk trakhir kalinya saya mencoba melihat satu persatu karyawan2 yg ada disana,,terlihat memang semuanya diam netral,entah apa yg sedang mereka pikirkan,mendukung sayakah,atau sebaliknya mendkung majikan.sampai akhirnya mata saya tertuju pada seorang cewek muda disamping bu haji,yg tadi saya lupa untuk nanya…keliatannya anaknya,karena diapun membantu beberapa menghandle transaksi di toko tersebut…diapun diam..mungkin sambil mengingat2.

Dalam benak saya berpikir,uang yg diributkan jumlahnya relatip kecil,tapi kalo saya membayar ulang,berarti bu haji akan menambah yakin kalo kami belum bayar,itu yg tidak saya inginkan,ini masalah harga diri,bukan hanya uang…..apalagi seisi toko sudah memperhatikan perdebatan kita.sempat memang istri saya berbisik menyuruh membayar lagi.Tapi saat itu saya sudah kepalang tanggung,hati saya nambah penasaran sampai dimana keteguhan buhaji utuk meyakini apa yg dia pikirkan. Disela-sela kepenatan dan sedikit emosi,saya sudah bisa mengambil kesimpulan watak dan ego buhaji saat itu yg akhirnya saya mulai mengambil langkah negosiasi lagi,kali ini agak sedikit menggunakan trik : menyerah,tapi uang itu berharap kembali lagi pada saya….””*dengan nada pelan*…..Oke buhaji saya mau serahkan uang ini tapi tidak untuk membayar mainan,tapi ini ikhlas dari saya untuk bersodakoh/infak pada buhaji,dari kami bertiga….,tepat yg saya duga,bu haji langsung mendorong tangan saya sambil berkata “hah..enak aja,saya gak mau kalo disodakohi.la wong saya cukup” *kali ini buhaji terlihat lelah menghadapi pengakuan saya*….jujur saja saat itu hati saya senang,,emosi dan ego buhaji sudah berhasil saya kuasai,dan entah kenapa saya yakin banget bahwa semua perdebatan akan berakhir..,terakhir aku bilang “buhaji ini gimana,.saya mengatakan dengan jujur,buhaji gak percaya,terus saya mengalah buhaji juga gak mau nerima,terus bu haji maunya apa???..kali ini saya sudah di atas angin..saya melihat buhaji agak sedikit gugup,walau dia masih kekeh aja dengan keyakinannya….sampai akhirnya gadis yg disamping buhaji mendekat dan berkata lirih “mak,iyeu uwis bayar bapak iku(bu,iya bapak itu udah bayar)…”udu sing mau jeh ngomong”(bukan daritadi bilang) jawab buhaji….saat itu juga aku langsung menyambar bicara”ya khan buhaji,bener kami udah bayar,la wong pada diem semua ditanya,makanya lain kali hati2 menuduh orang” dan kamipun balik kanan menuju keluar tentu dengan sedikit mengumpat,di depan toko seorang pengunjung bapak2 bilang,buhaji emang begitu mas…saya jawab dengan senyum kecut aja…dan langsung pulang,di perjalanan aku bilang pada istriku,,”kita gak usah kesana lagi,cukup terkahir tadi,kesian buhaji nanti kalo dia malu ketemu kita”.

Justru sekarang yg saya bingungkan,sampai akhir perselisihan bu haji gak pernah yakin dengan pengakuan kami.Kami terbebas dari tuduhan karena seorang pegawai (mungkin saudara/anaknya) melaporkan bahwa dia melihat kita bertransaksi…walau awalnya penuh keraguan dan akhirnya terlambat…..,gak selamanya pengakuan yang jujur dan pasrah,bisa begitu aja dipercaya orang lain. Ato jangan2 penampilan kita yg dianggap seperti penipu????

**Maafkan kami bu haji,jika telah membuatmu tak percaya dan sempat menyinggung perasaan.dan sebaliknya kami sudah memaafkan,jika memang buhaji merasa bersalah**
Waalahu A’lam..

Serang,Januari 2009, by Ayah,
**foto lokasi sengaja tidak ditampilkan,untuk menjaga nama baik.

1 comment:

  1. ya Alloh. pahit banget mbak. tapi boleh juga itu strategi dipakai. eh semoga saya ga mengalami itu.

    ReplyDelete

terima kasih sudah memberikan komentar, kritik dan saran