Friday, April 05, 2013

(Flash Fiction) DILEMA

“Apa?" aku memang gila telah melalukan kesalahan ini, Sherly, tapi aku gak mau tambah gila untuk melakukan kesalahan yang lain." teriak Phie pada Sherly, sahabatnya
“Kamu bilang, kamu ga berani untuk bilang pada orang tuamu, kamu bilang ga mungkin untuk memberitahu orang tuamu." jawab Sherly
“Iya, tapi bukan begitu cara nya, Sherly...” Phie kebingungan.
“Phie, aku tidak punya alternatif lain untuk aku sarankan padamu, selain itu. Karena permasalahan yang sedang kamu hadapi, hanya ada dua opsi, yaitu memberitahu orang tuamu, atau menerima saranku. Tapi itu semua terserah padamu. Jika aku berada pada posisimu sekarang ini pun, aku pasti kebingungan. Aku juga belum tentu berani untuk mengatakan pada orang tuaku, pun aku belum tentu berani untuk menerima usulku tersebut. Pikirkan baik-baik Phie, sebelum kamu menentukan sikapmu, bicarakan dahulu dengan kekasihmu sebelum kamu bertindak, karena ini adalah perbuatan kalian berdua, kesalahan kalian berdua. Maaf kan aku karena aku tak punya opsi lain selain menyarankanmu untuk menggugurkan kandunganmu, karena begitu ‘keukeuh’ nya kamu tidak mau bercerita pada orang tuamu, sementara berbicara dari hati ke hati, berbicara dengan baik-baik pada orang tuamu adalah solusi terbaiknya. Kalau kamu tidak mau mengatakan pada orang tuamu, akan berapa lama kamu menyimpan aibmu ini, bukankah sebaik-baik tupai melompat akhirnya akan jatuh juga? Begitu juga rahasia Phie, serapi-rapinya kamu menyimpan rahasia, pasti orang tuamu akan tahu juga. Sebelum semuanya terlambat, sebelum semuanya berlarut-larut, sampaikan pada orang tuamu dengan baik-baik Phie, menurutku itu yang tebaik. Aku hanya memberikan shock therapy padamu dengan memberikan solusi menggugurkan, maafkan… tapi cara yang paling baik adalah berbicara pada orang tuamu."
Phie hanya terdiam lama, air mata telah mengalir pelan di pipinya.
“Phie, mumpung usia kandungan mu baru 3 minggu, betul kan?” lanjut Sherly.
Phie mengangguk.
“Bicarakan pada orang tuamu."  saran Sherly kembali.
Mereka diam lama, tanpa ada suara, tanpa ada perbincangan. Hanya suara air hujan diluar sana terdengar.

“Phie, boleh aku tahu siapa nama kekasihmu? karena setelah sekian bulan kamu berhubungan dengan kekasihmu, aku belum tahu orangnya bahkan namanya." Lanjut Sherly
Phie mengusap air matanya. 
“Namanya Aryo." jawab Phie.
“Aryo? Aryo apa Phie? Nama lengkap nya siapa? “ tanya Sherly penasaran.
“Aryo Dwiguna” jawab Phie.
“Apa Phie, ulang sekali lagi." pinta Sherly.
“Aryo Dwiguna." ulang Phie.
Sherly semakin penasaran. 
“Boleh aku lihat fotonya, Phie?”
Phie pun memperlihatkan foto kekasihnya dari Hand Phone nya. 
 "Ini Sher.”
“Phie, benar ini kekasihmu?” pikiran Sherly penuh dengan tanda tanya.
“Iya, Sher… memangnya kenapa sih?” tanya Phie mulai penasaran juga.
Sherly lunglai, mukanya terlihat merah, antara marah dan ingin menangis.
“Sherly, kamu kenapa?” Phie terlihat kahawatir melihat sahabatnya seperti itu.
Sherly menangis. Phie kebingungan.
“Sherly, ayo dong bilang, ada apa, kamu kok malah menangis sih.” Phie mengguncang-guncangkan bahu Sherly.
Perlahan, Sherly menarik nafas panjang. Sepertinya Sherly sedang mempersiapkan diri untuk mulai bercerita pada Phie, menceritakan semuanya.
“Phie, sudah berapa bulan kamu berhubungan dengan Aryo?” tanya Sherly mulai membuka percakapan kembali.
“ Tiga bulan” Jawab Phie.
“Kenapa memangnya Sherly?” Phie semakin penasaran.
Sherly tambah kaget. “Baru tiga bulan pacaran, kamu sudah hamil oleh Aryo?” Sherly mendelik.
Phie tertunduk diam, merasa tambah bersalah atas kesalahannya.
Sherly kembali menarik nafas panjang.
“Tahu kah kau Phie, Aryo adalah kekasihku."  Sherly berbicara pelaan sekali
“Apaaaa?” Phie berteriak untuk kedua kali nya pada Sherly
“Iya, Phie, Aryo adalah kekasihku." ulang Sherly lebih tegas.
“Sudah dua tahun aku berhubungan dengan Aryo. Satu tahun ini Aryo melanjutkan studynya ke Australia. Memang sudah hampir lima bulan ini, aku tidak lagi mendengar kabar Aryo, dia bagai hilang ditelan bumi. Berulang kali aku telp, tidak pernah diangkat, terakhir aku telp, nomornya sudah tidak aktif lagi, SMS tidak pernah dibalas, email pun tak pernah ada jawaban. Pernah aku kirim surat, tak pula ada jawaban. Ternyata dia sudah berhubungan lagi dengan orang lain, yang orang lain itu adalah sahabatku sendiri”. Sherly mulai bercerita, sambil matanya menerawang melihat guyuran hujan dari balik jendela.
“Dimana kamu sering bertemu denga Aryo, Phie? di kota inikah?” tanya Sherly
Tak ada jawaban.
“Phie, dimana kamu sering bertemu Aryo?” tanya Sherly lagi.
Masih belum ada jawaban.
Sherly menengok ke arah Phie.
Dan tak disangka oleh Sherly, Phie ternyata sudah jatuh pingsan.

10 comments:

  1. Untung di Sherly dong tapi rugi untuk Phie

    ReplyDelete
  2. Sherly juga rugi, sudah dibohongi Aryo :)

    ReplyDelete
  3. kurang ajar tuh aryo .. kudu ditabok rame2 ..

    itu ada ternya.. yang kurang ta.. hehe

    ReplyDelete
  4. Yuk... kita tabok bareng2 hehehehe...
    trims

    ReplyDelete
  5. wadewww .. ending nya itu lho :)

    ReplyDelete
  6. wah ini namanya pacar makan pren ya ... :D

    ReplyDelete
  7. @ duniaely : makasih ya mba Ely, sudah mau baca FF ku hehehehe....

    ReplyDelete
  8. @ Wong Cilik : hehehehe... ato pren di makan pacar. trims ya...

    ReplyDelete
  9. permisi, boleh ngritik dikit kan!? :)

    ceritanya klise. tapi bukan itu poin kritikku.
    EYD nya gimana? hancur banget! banyak kesalahan penggunaan tanda baca, huruf kapital dan kesalahan pengetikan (typo). sampai nggak cukup dihitung jari.
    (jadi ingat diri ini di kala dulu)

    Btw, saya suka kejutan di endingnya. poin plus untuk itu. :)

    Salam

    ReplyDelete
  10. @ Misterious J : Wow.... makasih banyak ya, atas kritikannya. Memang saya harus banyak belajar lagi. Makasih sekali lagi :)
    Salam kembali

    ReplyDelete

terima kasih sudah memberikan komentar, kritik dan saran