ALLAH SWT. berfirman dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 36 yang artinya :
“Sembahlah
Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan
berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh,
teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.”
Dalam ayat diatas sudah dijelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan
kita untuk tidak menyekutukan-Nya dan berbuat baik kepada tetangga, sebagai orang yang terdekat dengan kita. Selain ayat diatas, ada hadist yang diriwayatkan oleh Abu Huraihah tentang bagaimana
menghormati tetangga yang artinya :
“Barangsiapa beriman
kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya ia mengatakan hanya hal yang
baik atau diam. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka
hendaknya ia menghormati tetangganya. Dan barangsiapa beriman kepada
Allah dan hari akhir maka hendaknya ia menghormati tamunya” (HR. Muslim)
Dari hadis di atas bisa disebutkan bahwa menghormati tetangga
adalah bukti iman seorang muslim kepada Allah SWT dan hari akhir.
Ternyata etika bertetangga itu sangat penting kita terapkan dalam kehidupan bertetangga kita, sampai-sampai Al-Quran dan Hadist pun meriwayatkannya. Melihat begitu pentingnya seorang muslim untuk menghormati tetangganya, membuat saya ingin sekali menulis artikel tentang etika bertetangga ini. Disamping itu, ada hal yang mengganjal di hati tentang perilaku salah satu tetangga saya dimana menurut saya etika bertetangganya nilainya minus (itu menurut saya lho... subyektif banget ya... hehe).
Saya dulu juga pernah muda, suami saya juga pernah muda. Tapi jika harus menyetel lagu keras-keras, hingga terdengar sampai berumah-rumah disampingnya *saya bilang sih, seperti ada yang sedang hajatan* (kebayang kan, kerasnya...), gak pernah deh.... kami masih memikirkan etika bertetangga. Dan hal ini, selama bertetangga, baru pertama kali dialami oleh saya, mendengarkan musik yang keras setiap hari, pagi, siang, sore, malam, layaknya seperti minum obat. Mencoba memaklumi dan hanya bisa menggerutu dalam hati (boleh kan? :D ). Memang sih, saya dan keluarga mendengarkan musik yang super keras itu layaknya ada tetangga yang lagi hajatan, hanya pada saat liburan, hari Sabtu dan Minggu. Lalu saya berfikir, bagaimana dengan tetangga yang memang setiap harinya ada di rumah? Saya saja sudah merasa kuping ini panas banget, bagaimana tetangga yang lainnya ya.... Waallahualam. Saya tidak pernah ingin tahu seterganggu apa tetangga yang lain. Saya hanya berharap, si tetangga menyadari kekeliruannya, dan mulai menggunakan etika bertetangga.
Dari Abi Hurairah ra. bersabda Nabi saw:
وَاﷲِ لاَيُؤْمِنُ ٬ وَاﷲِ لاَيُؤْمِنُ٬
وَاﷲِ لاَيُؤْمِنُ٠٠٠قِِيْلَ ׃ مَنْ يَارَسُوْلَ َاﷲِ ؟ قَال׃ الَّذِي لاَ
يَأْمَنُ جَارهُ بَوَائِقَهُ ٠ قَالُوا ׃ يَارَسُوْلَ َاﷲِ٬ وَمَا
بِوَائِقَهُ ؟ قَالَ׃ شَرُّهُ٠
"Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah tidak beriman. Di- tanyalah Nabi: Siapa wahai Rasulullah? Nabi menjawab: yaitu orang yang tetangganya tidak merasa aman karena gangguannya. (Dan ImamAhmad) menambahkan: Sahabat bertanya: apa maksud gangguan ? Nabi menjawab: yaitu sikap buruk-sikap buruknya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Semoga kita semua bisa menjaga etika bertetangga, sehingga tetangga-tetangga kita akan merasa nyaman bertetangga dengan kita.
Semoga ini bukanlah tentang gosip atau gunjingan, saya hanya ingin berbagi, semoga bermanfaat.