Thursday, October 30, 2014

Sepenggal Cerita Dibalik Lomba Farras

Tanggal 26 Oktober 2014 kemarin, Farras mengikuti lomba inline skate. Lombanya lomba fun aja sih.... bukan kejuaraan, supaya anak-anak bisa bersenang-senang dan juga ajang memperkenalkan olahraga inline skate secara luas. Lombanya berupa fun skate. Dibanding speed, Farras memang lebih tertarik bermain sepatu roda seperti fun skate ini atau berjenis skate cross, yaitu bermain inline skate yang memiliki halang rintang. Kalau speed kan monoton, hanya berlari diatas aspal sepanjang track, tentu dengan tehnik agar laju roda bisa berputar maksimal. Disamping itu jika bermain di speed lebih dari 100 meter, nafas Farras akan ngos-ngosan. Konsentrasi, keseriusan dan keringatan lebih ada pada speed. Kalau di fun skate, Farras masih bisa cengengesan hehehe... Emang anaknya senangnya cengengesan sih... :D

Acara berlangsung di Karawang Central Plaza. Dengan ditemani suami saya, Farras ikut lomba di Karawang. Sementara saya menemani Fayda di rumah. Kata suami saya, peserta dari klub lain banyak banget. Syukur Alhamdulillah acaranya berlangsung sukses. Terima kasih untuk panitia Thunder Skate :) Kami menanti lagi acara seperti ini :). 
Di babak penyisihan, Farras mendapatkan juara 1, hingga masuk semi final. Hanya di babak semi final, Farras mendapatkan posisi kedua, sehingga tidak masuk final. Alhamdulillah sudah cukup membuat Farras senang, karena walaupun tidak masuk final, sudah dapat piala hehehe... Sebenarnya bukan karena itu sih... yang penting Farras happy, that's the point.

Ini yang dinamakan fun skate

Di Karawang Central Plaza

Ada sepenggal cerita dibalik lomba inline skate yang diikuti Farras. Sepenggal cerita yang mudah-mudahan bisa membuka mata dan hati para orang tua, dan sebagai pengingat saya juga sebagai orang tua. Ada satu anak perempuan, teman klub sepatu roda Farras. Sebut saja namanya A.Si A ikut lomba diantar ibunya. A adalah anak periang, supel/mudah bergaul. Secara fisik si A anak yang cantik, putih, dan tinggi. Sekolahnya kelas 4 SD. Sayapun senang melihat si A ini, karena anaknya memang menyenangkan. Di lomba tersebut A tidak mendapat juara. Dan apa yang terjadi sodara-sodara? Sungguh di luar prasangka saya juga suami saya selama ini terhadap ibunya A. Saya sering ngobrol dengan ibunya A, dan saya tidak menyangka jika ibunya A tega berlaku kasar pada putrinya. Ya... saya bilang kasar, bukan galak. Mendapati anaknya tidak juara, ibunya A langsung marah-marah di depan teman-teman satu klubnya dan di depan orang tua yang lain.Ibunya A mengucapkan kata-kata kasar pada A. Kata g**l*k berulang kali keluar dari mulut si ibu. "G**l*k! begitu aja gak bisa!" Kira-kira begitu kata-kata yang keluar dari mulut si ibu. Si A cuma bisa menangis. Suami saya yang berada disitu langsung menarik tangan Farras agar menjauh dari caci maki seperti itu, dan tak mendengar hal tersebut. Kata suami saya, di saat sedang makan, A sempat curhat padanya, kalau tongkat yang dia pegang di kala A berlomba, ada yang menjatuhkan, sehingga dia harus berbalik arah untuk mengambil tongkat tersebut yang akhirnya membuat dia kalah. Kalau tongkatnya tidak ada yang menjatuhkan, A akan menang. Suami saya mencoba untuk menenangkan A. Haduuh... saya miris banget mendengar cerita dari suami saya. Kasihan banget si A.

Lomba memang banyak manfaatnya, selain memompa rasa percaya diri anak, juga menggali potensi yang dimiliki anak dan mengenalkan ajang kompetisi pada anak. Anak juga belajar percaya terhadap kemampuannya. Dengan ikut lomba anak akan makin mengasah kemampuannya menjadi lebih baik lagi.Tapi alangkah baiknya juga jika orang tua bisa bersikap bijaksana dalam mengikutsertakan anaknya ke dalam lomba. Janganlah mengikutkan anak pada lomba hanya karena ambisi orang tua. Jangan sampai orangtua memiliki ambisi agar anaknya memenangkan perlombaan sehingga anak dituntut untuk menjadi pemenang lomba. Jangan jadikan perlombaan menjadi dampak yang negatif bagi anak, karena secara mental anak memperoleh beban dan tekanan dari orangtua. Apalagi jika kemudian si anak tidak memenangkan lomba dan tidak memperoleh satu piala pun, yang membuat orangtua menyalahkan anak, seperti ibunya A diatas, baik langsung maupun tidak langsung orangtua menunjukkan rasa kecewa.

Bagi saya, lomba untuk anak-anak adalah ajang senang-senang. Saya tidak pernah memaksa Farras dan Fayda untuk bisa memenangkan lomba. Kalaupun menang, patut disyukuri. Tapi kalau tidak menang, lebih giat lagi berlatih. Yang penting, jika ingin ikut lomba, harus serius menjalaninya, tidak boleh main-main. Menang dan kalah adalah hasilnya, yang penting Farras dan Fayda menikmati prosesnya, yang penting Farras dan Fayda memiliki pengalaman baru. Saya dan suami selalu support Farras dan Fayda menang ataupun kalah, selalu membesarkan hatinya jika kalah. Dan Alhamdulillah Farras dan Fayda jika ikut lomba tidak pernah memikirkan menang dan kalah. Yang penting bagi mereka adalah mereka enjoy terhadap apa yang sedang dilombakan.

32 comments:

  1. sering ikut lomba ya Farras, malu sama Farra aku aja gak bisa main in line :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. sering sih enggak mak, karena kadang waktunya yg kurang tepat. Saya juga gak bisa main inline skate mak hehe

      Delete
    2. Wah rasanya GALAU juga kala ikut lomba tapi KALAH. Mau dihibur gimana kek kalau bagi saya KALAH ya KALAH aja. iehiheiehe. Kalah akan selalu menyakitkan walaupun sudah dihibur ratusan kali tetap saja KALAH itu menyedihkan hihiihihhihihihihihihihihihihihihihihih

      Delete
    3. tapi anak saya kayaknya enggak galau deh Pak hehehe, kecewa mungkin tapi hanya sebentar

      Delete
  2. sama dengan saya mak, anak2 kalau ikutan lomba apapun tidak saya target untuk menang, mereka hanya harus berusaha sungguh2, hasilnya kalah menang urusan belakangan...yang penting mereka sudah berusaha dan mau berkompetisi

    ReplyDelete
  3. betul Mak.
    yang penting enjoy, apalagi untuk lomba kayak Farras gitu.. yang penting mah seneng :)

    ReplyDelete
  4. farras keren banget yak,,bisa main begituan,,ah,,,kalah nih ama farra,,,farras,,ajari tante juga donk,,,,

    ReplyDelete
  5. Saya ikut sakit. Masih kecil udah dikata2in gitu ya, Mbak. Semoga ibunya khilaf saat itu.


    Selamat ya Faras. Hebat sudah sampai semi. :)

    ReplyDelete
  6. Farras hebat yah mba. Sudah lama saya mau belajar naik spatu roda tp blum pernah coba.

    Tapi saya malah kasian dengan si A tadi. Apalagi dimarahin didepan teman-teman itu biasanya beban batinnya lebih berat mba.

    ReplyDelete
  7. Wah, aku semakin bersyukur betapa suportifnya orang tuaku. Hari jumat lalu aku ikut lomba, sebelum berangkat aku diyakinkan Ibu dan Bapak kalau bakal menang. Ternyata aku juara hiburan, tapi Ibu dan Bapak bilang mereka bangga. Katanya aku sudah berusaha :) Jadi sedih baca cerita tentang A :(
    Oh, iya selamat ya untuk Farras, semangat terus in lane skate nya. Waktu kecil aku juga suka main sama sepupu-sepupuku, hihihi :)

    ReplyDelete
  8. tega banget sih itu ibu,duh nggak suportif banget..kasihan anaknya jadi alat. Farraaass keren bangettt,ayo ke Siak..disini ala lapangannnya lo,banyak bgt anak2 kecil yg udah bisa sepatu roda ^^

    ReplyDelete
  9. Astaghfirullah mak...makasih udah diingatkan. Saya juga suka marah sama anak tapi mudah2an tak sampa keluar kata2 seperti itu...:(

    ReplyDelete
  10. Farras hebat!

    Beneran ikut lomba itu bisa menambah nilai pelajaran untuk anak dan orangtua. Sportifitas dan berani berkompetisi itu penting, tapi yang lebih penting lagi bisa menerima kekalahan.

    ikut sedih dgn apa yang terjadi sama A :(

    ReplyDelete
  11. wah keren ya putrannya...salam knal dari yogya :)

    ReplyDelete
  12. Kasihan ya mba, si A,,namanya jg anak2,,harusnya ibunya bisa memberi semangat bukannya malah ngata2in,,

    ReplyDelete
  13. setuju, Mak. Yang penting semangatnya :)

    ReplyDelete
  14. Keren ni Farras.. saya aja ngga bisa >_<

    ReplyDelete
  15. Yapp, yang penting pengalamannya.
    Aku juga selalu menekankan hal itu setiap ikut lomba
    hehehe

    ReplyDelete
  16. Farras keren euy, mainnya jago,
    Duh, jadi kasihan sama si A, semoga jadi pelajaran bagi para emak.

    ReplyDelete
  17. kasian dong anaknya kalo gak menang terus diomeli, mestinya orang tua bisa memotivasi si anak bukan malah memarahi, hmmmm geram nih -_-
    *malah ngomel sendiri..
    btw farras tetap semangat ya latihannya :D

    ReplyDelete
  18. Aduh, jadi kasian sama A. Anak usia kelas 4 SD ingatannya udah kuat banget loh. Dimarahi di depan umum oleh ibunya disertai kata2 kasar tentu akan membuatnya terluka dan sakit hatinya..

    ReplyDelete
  19. Aku sedih baca cerita Si A. Mudah-mudahan nggak bikin dia trauma, ya. Mungkin jiwa kompetitif ibunya tinggi banget.
    Aku setipe sama kamu, San. Aku selalu bilang ke Nadya, kalah menang bukan masalah :)
    Farras congrats yaaaaa.. seneng ngeliat Farras yang murah senyum ^^

    ReplyDelete
  20. Aiih sedihnya ... koq tega ya ibunya :(

    Farras keren deh .. selamat ya ... mau berlomba saja sudah keren lho, apalagi ini dapat juara 2 :)

    ReplyDelete
  21. Prihatin bangeeet sama ibunya si A. Semoga ia segera mendapatkan petunjuk (entah melalui bacaan, tontonan dio televisi, atau lewat media yang lain sehingga sadar atas sikapnya yang kasar)

    ReplyDelete

terima kasih sudah memberikan komentar, kritik dan saran