Wednesday, April 03, 2013

[BeraniCerita #5] Sahabatku

Sepertinya suasana malam ini tidak begitu bersahabat bagi Riana. Angin yang dingin membuat dia memaki dirinya sendiri kenapa lupa membawa jaketnya yang tertinggal di mobil. Lorong yang tidak terlalu terang karena beberapa lampu mulai dimatikan. Dan kenapa tidak ada orang bersliweran? Padahal masih jam 8 malam.

“Nah, sebentar lagi sudah sampai di kamar Sinta.” Riana mencoba menghibur diri sendiri karena dirinya masih merinding. Cepat-cepat langkahnya diayun, sampai akhirnya dia berhenti tiba-tiba saat melihat sebuah tempat tidur dorong melaju cepat ke arahnya.

“Astaghfirullahaladzim!” Riana setengah berteriak dan langsung menyingkir, hampir saja dia terjatuh, lalu tanpa pikir panjang lagi, dia berjalan cepat hampir berlari kecil untuk sampai ke kamar Sinta, sahabatnya. 

Kira-kira 3 hari yang lalu, ibunya Sinta menelponnya dan memberitahu kalau Sinta masuk rumah sakit.  Sakitnya tambah parah, sudah stadium 4. Sinta terkena kanker, tapi Riana belum tahu kanker apa, karena ketika ibunya Sinta menelponnya, Riana hanya mendengar tangisannya, sehingga  Riana belum sanggup untuk menanyakan kanker apa yang diderita sahabatnya itu. Dan Riana baru bisa menjenguk sahabatnya itu, hari ini. Setelah bertahun-tahun tidak bertemu karena terhalang jarak dan waktu, akhirnya Riana bisa bertemu Sinta, walaupun dalam kondisi yang tidak menyenangkan.

“Nah, ini kamar Sinta” bisik hatinya. “Assalamualaikum…” salam nya. “Assalamualaikum…” Sekali lagi Riana mengucapkan salam. Tapi tidak ada sahutan, lalu Riana membuka pintu kamar itu, dia masuk tapi tidak ada siapa-siapa. Ketika Riana hendak keluar, dia berpapasan dengan suster. “Suster, Sinta pasien di kamar ini, kemana ya?” Tanya Riana.  “Oh… pindah ke ruang ICU” Jawab suster. “Dimana tempatnya suster?” Tanya Riana lagi. Lalu suster itu menunjukkan ruang ICU. 

Baru juga Riana hendak mendekat ke kamar ICU, tiba-tiba ada orang yang memeluk sambil menabraknya dan menangis tersedu-sedu. “Ibunya Sinta” Lirih hatinya. “Ada apa bu, kenapa menangis, ada apa dengan Sinta?” Tanya Riana keheranan. “Riana… Sinta sudah tiada, baru saja..” Jawab ibunya Sinta sambil masih terisak-isak. “ Innalilahiwainnailaihiroojiuun…. Segala sesuatu pasti akan kembali kepada Nya. Semoga kau mendapatkan tempat terbaik disisi Nya, Sinta sahabatku….” Pelan Riana berkata.
Keinginannya untuk bisa bertemu Sinta kembali, tidak terpenuhi. Lalu pelan… air mata Riana pun mengalir.
(342 kata)

10 comments:

  1. Perlahan, air mataku juga ikut mengalir mbak ...
    Ditambah lagi dengan musik di blog ini, semakin haru

    ReplyDelete
  2. @ Noorma : Masa sih...#tersapusapu# hehehe... makasih mba.. :)

    ReplyDelete
  3. @ Sri Efriyanti : Terima kasih mba Sri... :)

    ReplyDelete
  4. @ Lidya : Makasih ya, mba Lid.. :)

    ReplyDelete
  5. ceritanya baguus.. tp sediiih..

    ReplyDelete
  6. hickz,kenapa harus sendu gini ceritanya mbk :(

    ReplyDelete
  7. Hiks... aku juga ga tau kok bisa punya ide gini :)

    ReplyDelete

terima kasih sudah memberikan komentar, kritik dan saran