Sunday, August 21, 2016

{Review Buku} Fenomenologi Wanita Ber-high heels



Saya bukanlah penyuka dan pengguna sepatu ber-high heels, walaupun tak bisa dipungkiri saya juga senang melihat para wanita yang memakai sepatu high heels, kayaknya keliatan seksi, percaya diri & cantik :) Kalau saya melihat para model atau pragawati yang berjalan di atas catwalk, ataupun para pembawa berita dan acara di TV maupun presenter yang berdiri lama di depan TV untuk shooting suatu acara maupun berita, senang deh melihatnya. Kadang juga merasa heran dan kagum, kok gak pegal ya, berdiri lama dengan hak sepatu yang tinggi seperti itu :) Mungkin memang mereka sudah terbiasa ya, dan itu adalah tuntutan pekerjaan mereka.

Saya sering membayangkan jika para pekerja wanita yang bekerja di kota-kota besar seperti Jakarta, yang sudah terbiasa menggunakan sepatu high heels, naik turun, keluar masuk kendaraan umum seperti bus, angkot atau keretal listrik (KRL), gimana jadinya ya? :) Saya pernah juga sih merasakan bagaimana repotnya memakai sepatu high heels di dalam angkot, khawatir tijalikeh euy kalo kata orang Sunda mah hehe... makanya saya suka merasa kagum plus risih melihat mereka yang selalu ber-high heels.
Walaupun saya lebih sering menggunakan sepatu yang tidak ber-hak, tapi terkadang saya juga suka ngiler ngeliat yang sering menggunakan sepatu high heels, naluri wanita kali ya hehehe....
Sepatu high heels yang pernah saya punya, paling tinggi adalah yang ber-hak 7 centi. Di atas itu, gak punya dan gak berani :D

Fenomenologi Wanita Ber-high heels adalah sebuah buku karya Ika Noorharini. Buku ini sebetulnya adalah sebuah tesis pascasarjana Mbak Ika. Sang penulis buku ini adalah pemakai high heels. Karena kesukaannya pada high heels, maka mungkin Mbak Ika membuat tesis pascasarjana-nya berhubungan dengan high heels ini.

Walaupun saya bukanlah pengguna sepatu high heels, tapi begitu saya tahu ada buku yang bercerita tentang high heels, saya langsung tertarik dan meminta bukunya pada Mbak Ika untuk saya review. Akhirnya Mbak Ika pun mengirimkan bukunya kepada saya yang berjudul Fenomenologi Wanita Ber-high heels ini. Dari buku ini saya ingin tahu sejarah awal mulanya sepatu high heels, yang saya yakini pasti ada di buku ini. Dan setelah saya membacanya, ternyata memang benar di dalamnya ada sejarah pertama kali high heels ada dan juga saya jadi tahu jenis-jenis dari high heels.

Siapa yang dapat menyangka jika high heels yang sangat cantik, seksi dan feminim, pertama dikenakan oleh... Pria! (hal. 29)

Huwoww... banget ya... :D Bahkan dulu... para bangsawan laki-laki berperang menggunakan sepatu high heels, yang tentunya bentuknya disesuaikan dengan kebutuhan saat itu.

Sepatu tinggi telah ada sejak jauh di tahun 3500-an SM atas zaman Mesir kuno. Woww... lama banget ya... 

Sepatu beralas tinggi yang paling terkenal dan merupakan cikal bakal high heels adalah Chopines yang berasal dari Venesia (venice). (hal. 22)

Kalau sekarang ini, para wanita menggunakan sepatu ber-high heels agar terlihat cantik, menarik dan percaya diri, tapi dulu... para pria menggunakan sepatu ber-high heels untuk menampilkan sosok jantan dan maskulin. Hmmm.... Selain untuk menguatkan penampilan fisik, penggunaan high heels tentu juga memiliki makna simbolik untuk menunjukan superioritas dan kelas yang lebih tinggi.Terlepas dari kesulitan para pria tersebut dalam menggunakan high heels, mereka merasa sangat bangga mengenakananya. Secara tidak langsung mereka juga ingin mengomunikasikan bahwa mereka berasal dari kelas sosial yang tinggi.

Pada zaman dahulu pun, high heels mengalami perubahan-perubahan bentuk.

Perubahan paling signifikan dalam penggunaan high heels bagi pria terjadi ketika Napoleon Bonaparte menaklukan Eropa. Bonaparte menolak secara keras penggunaan high heels karena dianggap tidak praktis dan mengikat. (hal. 35). 
Di sinilah terjadi periode stagnannya langkah high heels.

Jejak terang high heels yang kita kenal sekarang ini dibangkitkan oleh Christian Dior, setelah usai perang dunia kedua di awal tahun 1950-an. Tentunya nama Christian Dior sudah tidak asing lagi ya, di telinga kita.... 

Seperti yang saya sebutkan di atas, karena membaca buku ini saya jadi tahu model-model sepatu high heels. Sebut saja model Peep Toe Kitten Ankle Strap, Mary Jane Platform Wedges. Hah... susah banget ya nyebutinnya hihihi...

Sepatu bukan hanya memiliki sifat fungsional saja, tetapi juga memiliki nilai bertingkat dan dalam. Misalnya ingin terlihat anggun, seksi, cantik, percaya diri, atau mungkin juga ingin memperlihatkan status sosialnya, karena walau bagaimanapun manusia selalu ingin memberitahukan keadaan sesungguhnya dalam dirinya.

High heels yang dikenakan wanita adalah apa yang ingin mereka sampaikan kepada dunia. (hal 43)


Selain isinya, saya juga menyukai kertas yang dipakai dalam buku ini. Kertasnya tebal yang tidak mudah robek dan terkesan eksklusif. Begitu juga gambar-gambar dan warna-warna yang ada di dalamnya.

15 comments:

  1. hahaha kebayang pria mengenakan high heels

    ReplyDelete
  2. Oh ya..coba klo sekarang ada cow make sepatu hak tinggi. Paling tudingan langsung dianggap bencong. Aku nggak suka mke juga mb, ribet, nggak nyaman. Tapi klo liat perempuan ber high heels, suka..asal waktu dan pemakaiannya pas.

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya juga lebih nyaman pake sepatu tak ber-hak, walaupun pernah juga make sepatu ber-hak :)

      Delete
  3. Wah, ga bs bayangin laki2 pake high heel ya mbak :) kl aku suka pake pas kondangan aja dan kl momennya pas aja. Ya kl turun naek KRL dsb mah mending pake sendal gunung atau flat shoes deh :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe... iya mba, atau mgkn kalo di ktr pake sepatu high heels, tapi begitu di dlm angkot, pake sandal terlebih dahulu :)

      Delete
  4. oh, berarti judulnya memang bermakna denotatif ya....saya kira kiasan, high heels itu semacam simbol untuk kehidupan wanita modern. Dan....yah, sy udah lihat bagian cover asli buku ini yg ditutup pake ponsel itu, jujur agak sedikit....annoying, hehe

    ReplyDelete
  5. Jadi penasaran bentuk high heels yg dipakai pria, apalagi buat perang, seprti apa ya? :D

    ReplyDelete
  6. apa mba ini orang sunda ? soalnya tau kata tijalikeuh :D benar mba kalau pikiran saya nih ya memakai sepatu kay gtu selain repot juga takut tijalikeuh dan keseleo :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. dulu serang itu kan masuk wilayah jawa barat, jadi saya masih dibilang bisalah bhs sunda :)

      Delete
    2. Saya Sumbawa, NTB mas effendy sumpah :D :D

      Delete
  7. skrg ada kan sepatu pantovel pria yg berhak juga..tapi tidak meruncing :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah.. saya gak tau tuh modelnya seperti apa :)

      Delete

terima kasih sudah memberikan komentar, kritik dan saran