Rumah bilik terbuat dari bambu dan atap rumbia. Tak ada kursi dan meja tamu. Alas rumah berupa bambu yang jika dipijak akan berbunyi dan bergerak. Hanya hamparan tikar sebagai tambahan penghangat. Kamar mandi pun terbuat dari bambu yang atasnya tak beratap. Air mengalir deras dari pancuran bambu pula, dingin dan segar. Air sungai bersih dan membuncah elok. Suasana pedesaan dimana Mbah ku dulu tinggal. Jika malam, dingin terasa, bunyi pohon-pohon yang beradu karena angin, suara-suara binatang malam yang saling bersahutan. Kerinduan yang sangat akan tempat Mbah ku dulu tinggal. Ahhh.... Mbah, rindu diriku akan dirimu. Rindu diriku akan rumah bambu mu. Rumah sangat sangat sederhana, tapi rumah kerinduan. Jika pagi hari, akan tercium aroma asap dari tungku api mu. Pagi hari gemblong (uli) bakar atau pun gemblong goreng akan terhidang bersama teh hangat. Udara pagi yang sejuk dan segar, menambah keindahan alam desa Mbah ku. Ahh... Mbah, Mbah ku yang pendiam, tapi penyayang. Mbah ku yang pendiam, tapi penyabar. Mbah ku yang lemah lembut. Tak banyak cerita yang keluar dari mulut Mbah ku. Tapi aku belajar menjadi perempuan yang rapi seperti Mbah. Di rumah bambu sederhana mu, rumah mu terlihat rapi, bersih dan indah dipandang. Walaupun tak ada barang-barang di dalam rumah mu, aku tetap senang. Senang bisa berlari-lari di dalam rumah bambu mu, karena bambu yang ku injak akan berderak-derak. Senang melompat-lompat di atas tempat tidur Mbah yang sudah rapi. Tapi Mbah ku tak pernah marah, atau melarang-larang. Ahh... Mbah ku yang pendiam, baru terasa sungguh rindu diriku akan dirimu, rindu rumah bambu mu. Mbah... dengan kesendirian mu, engkau begitu tegar. Rumah mu adem, seadem wajah mu, Mbah.... Jika aku bosan di dalam rumah bambu Mbah, maka aku akan menyusuri sungai yang masih jernih airnya, dan masih mengalir deras. Pohon-pohon bambu akan mengeluarkan bunyinya seiring angin yang menyapanya. Kesegaran dan keindahan Sang Maha Pencipta. Sungguh pemandangan yang tak akan hilang dalam ingatan.
- Cipanas, Rangkasbitung -
Tak akan bisa ku ajak Farras dan Fayda, cicit mu, untuk mengunjungi rumah bambu mu, karena kini rumah bambu Mbah sudah tak ada, berganti dengan rumah tembok. Kini Mbah sudah tak ada, hanya makam Mbah pelipur rindu ku. Kini sungai yang jernih dan deras, sudah menipis airnya, sudah tak ada lagi air pancuran sebagai kebutuhan utama. Tungku api pun sudah berganti. Bau asapnya yang khas, tak akan pernah aku hirup lagi. Memandang wajah mbah dan melihat rambut panjangnya yang abu-abu, sudah tak bisa lagi aku lakukan. Mbah.... semoga engkau tenang di sisi Nya. Semoga engkau mendapatkan tempat terbaik di sisi Nya. Dan semoga surga sudah menunggu mu disana. Aamiin.
“A Place to Remember Giveaway”
Nenek suamiku juga rumah nya bambu mba di bandung Lupa Nama daerah ya apa. Nenek suami masih sehat..
ReplyDeleteAlhamdulillah ya.. jika masih sehat
DeleteRumah bambu memang adem ya mbak, apalagi bila didalamnya terdapat kisah yang selalu terkenang...
ReplyDeleteSemoga Mbah tenang dialam sana dan bahagia melihat cucunya yang selalu mengenangnya
Sukses untuk GA-nya mbak
Amin... Amin... Makasih ya mak
Deleteademnya rumah bambu sama ga ya dengan rumah kayu? dulu aku lahir di rumah kayu sampai usia 3 tahun, dan di kampung ibuku rata-rata adanya rumah kayu semua atapnya pun dari daun rumbia (sagu), rasanya adem banget.
ReplyDeleteiya mak betul :)
Deleterumah bambu itu enak,adem,sislir2 ya mbk hehe
ReplyDeleteHuum :)
DeleteKenangan yang ngga mungkin hilang ya..
ReplyDeleteiya teh..
DeleteAdem emang kalo rumahnya begitu ya, mbak....:)
ReplyDeleteiya betul..
DeleteJadi inget rumah bambu di Semarang pas KKN.
ReplyDeletepunya kenangan juga di rumah bambu ya... :)
DeleteRumah Bambu, jadi keingetan Nenek saya yang di Brebes jawa tengah
ReplyDeleteMbak Santi. walau rumahnya Bambu tapi penuh kasih sayang , tawa canda
Dan sangat dengan kata motivasi dan bimbingan. makasih atas infonya Mbak Santi :)
iya mas. walaupun tempatnya dingin, tapi penuh dengan kehangatan :)
Deletebiasanya rumah bambu gitu adem :)
ReplyDeleteiya mak..
Deletesaya kok pengen ya tinggal di rumah kayu atau bambu hehe jadi makin pengen setelah mampir ke sini.
ReplyDeletesaya malah merindukan rumah bambu seperti ini :D
Deletesukses mak...aku juga suka rumah bambu....
ReplyDeletemakasih mba Ida
Deleterumah bambu penuh kenangan yah.. deskripsinya mantep :)
ReplyDeleteiya betul. Rasanaya pengen mengulang kembali. Makasih mak...
Deleterumahnya penuh kenangan bgt ya Mba..good luck Ganya ya
ReplyDeleteiya mba. Makasih ya...
DeleteAku pernah ngrasain tinggal di rumah bambu walaupun cuma sebagian aja mbak heheh. skrng uda ganti tembok semua
ReplyDeleteiya mak... keknya rumah bambu sudah langka ya..
Deleterumah bambu ,rumah panggung jadi ingat jaman kecil diajak ke pedesaan gitu
ReplyDeletekecil saya sering ke pedesaan mak...
DeleteWaah.. Aku keinget rmh bambu di baduy, bentukmya miriip sm di foto2 itu. Dan rentang mba, aku jd kangen mamak (mbah)ku di lampung. Tulisan ini penuh kenangan bangeet
ReplyDeleteMakasih yaa sdh ikutan, sdh kucataaattt :*
Dan kapan kita kopdaar hehe
Makasih mak... *kecup2*
Deletengeliat rumah model seperti itu rasanya hati tambah adem, tentrem bebas dari kebisingan kota.
ReplyDeleteiya betul...
Deletehiks....kok bunda jadi sedih ya baca tulisan ini.... :(
ReplyDeletejadi, ikut inget sama Almarhumah Nenek.....
Semoga sukses di GA ini ya mbak ..
salam
Makasih ya Bunda...
DeleteAaaaah, harum sekali Ulinya, Mbah. :)
ReplyDeleteKangen ya, Mba.
iya Idah, kangen sama Mbah juga kangen sama rumahnya
DeleteDisini lebih banyak rumah kayu mbak ;)
ReplyDeleterumah kayu dan rumah bambu, sama2 rumah dulu ya... yg skrg sdh jarang lagi
DeleteHalo mbak, salam kenal. Makasih dah mampir ke http://dihandayani.blogspot.com ya... Rumah lama, tungku perapiannya itu juga yang bikin unik ya... Rumah Eyang saya walaupun sudah tembok tapi di dapur masih ada tungku. Kalau pagi dingin-dingin nongkrong di depan tungku rasanya hmmmmm... :)
ReplyDeletesalam kenal kembali. Makasih juga sudah mampir disini :)
DeleteDear mbak, makasih dah mampir yaaa.
ReplyDeleteSalah satu keunikan lain rumah tua itu tungku perapiannya ya... Rumah alm eyang saya di Madiun walaupun sudah tembok tapi masih ada tungku api di dapur. Kalu pagi dingin" nongkrong depan tungku menyala wah rasanya gimanaaa gitu... :)
kunjungan perdana, salam perkenalan, silahkan berkunjung balik ketempat saya, barangkali berminat saya punya banyak vcd pembelajaran untuk anak2, siapa tau anda mempunyai adik,keponakan atau mungkin anak yang masih kecil, vcd ini sangat membantu sekali dalam mengasah kecerdasan dan kemampuan otak anak, serta bagus untuk membangun karakter dan moral anak sejak usia dini, semoga bermanfaat dan mohon maaf bila tdk berkenan, trm kasih ^_^
ReplyDeleteLebih baik di sini... *jreng-jreng
ReplyDeleteRumah kita sendiri... *jreng-jreng
Orangnya mungkin udah gk ada, tapi kenangannya tetep hidup, ya :)
ReplyDeleteKenangan yang selalu tersimpan ya mbak
ReplyDeleteSaya juga merindukan rumah Mbah saya dulu Mbak. Teparnya rumah yang lama, yang model jadul. Banyak kenangan masa kecil di situ
ReplyDeletejadi teringat rumah bambu di kampung halamanku,,yg terletak di pinggir sungai....,
ReplyDeleteselamat berlomba,,,semoga menjadi yg terbaik...
keep happy blogging always..salam dari Makassar :-)
sedih banget membacanya,,,semoga mbah tenang di sana dan mendapatkan tempat terbaik di sisi Nya Amiiien :)
ReplyDeleterumah bambu, kayaknya seger banget....
ReplyDeleterumah simbahku di desa tp pake kayu gak bambu dan seger rasanya cm kalo malam lebih dingin.....
Rumah simbahku dulu juga begitu Mba, sekarang sudah berganti tembok :( Makin jarang bisa ketemu dengan rumah bambu lagi.
ReplyDeleteTerima kasih ya sudah meramaikan GA a place to remember ini. Good luck.
Sekarang di mana ya kalau ingin melihat rumah bambu, di desaku saja sudah tembok semua.
ReplyDelete