Usia saya dan Bibi (adik bungsu Alm. Apa/Ayah saya) hanya terpaut 2 tahun. Ketika kami masih di SD, kami sering bermain bersama. Tapi ketika kami sudah dewasa, kami sudah jarang bersama lagi.
Bibi saya memiliki 2 orang anak laki-laki, Dafha dan Dendy. Dafha memiliki tubuh tinggi besar, sementara Dendy bertubuh gemuk. Usia suami Bibi dengan Bibi selisihnya mungkin sekitar 3-4 tahun. Suami Bibi dan Bibi bekerja pada kantor yang sama, begitu pun saya.
Tragedi terjadi ketika suami Bibi saya jatuh di toilet kantor, yang menyebabkan Om saya tersebut tak sadarkan diri, dan langsung dilarikan ke RS. Diagnosa dokter, Om saya mengalami stroke. MasyaAllah, stroke di usia muda, usia sekitar 40 tahun. Setelah sembuh, sembuhnya pun tidak total, tangan kanan dan kaki kanannya tidak bisa berfungsi 100%, walaupun masih bisa berjalan.
Tragedi terjadi ketika suami Bibi saya jatuh di toilet kantor, yang menyebabkan Om saya tersebut tak sadarkan diri, dan langsung dilarikan ke RS. Diagnosa dokter, Om saya mengalami stroke. MasyaAllah, stroke di usia muda, usia sekitar 40 tahun. Setelah sembuh, sembuhnya pun tidak total, tangan kanan dan kaki kanannya tidak bisa berfungsi 100%, walaupun masih bisa berjalan.
Selang sekitar 2-3 tahun dari stroke pertamanya, Om saya mengalami stroke kedua. Dan stroke kedua inilah yang menyebabkan Om saya tidak tertolong lagi. Ya... Om saya meninggal di usia sekitar 42 tahun, usia muda. Meninggal karena stroke dengan meninggalkan seorang istri yang masih muda tentu saja, 2 orang anak yang masih kecil, yang keduanya masih duduk di bangku SD. Pilu, sedih, getir, hampa, porak poranda dan entah apa lagi yang ada di hati dan dirasakan oleh Bibi saya. Masih muda sudah ditinggal pergi sang suami tercinta.
Kalau bukan karena ikhlas akan takdir Allah SWT, mungkin Bibi saya sampai sekarang masih belum bisa menerima kenyataan pahit tersebut.
Waktu berjalan, sudah sekitar 2 tahun kepergian Om saya, peristiwa memilukan kembali terjadi dalam kehidupan Bibi saya. Belum juga habis luka itu kering, belum juga pilu itu sirna, belum juga kabut itu pergi, Bibi saya harus ditinggalkan orang terkasihnya kembali. Anak bungsunya, Dendy (saat itu usianya sekitar 10 tahun) dipanggil yang Maha Kuasa pemilik kehidupan (disini air mata saya mulai berlinang). Pedih, perih, sedih dan air mata kembali membuncah. Jangankan Bibi saya selaku ibunya Dendy, sayapun ikut terhenyak, kaget dan bergetar lemas dan lunglay. Ya Allah... kenapa Bibi saya lagi? sempat saya merintih. Astaghfirullahaladzim. Terus saya beristighfar, hanya ingin menguatkan hati dan ikut merasakan apa yang sepertinya Bibi saya rasakan. Tak dapat saya ungkapkan kepedihan hati seperti apa yang pasti dirasakan oleh seorang wanita, seorang istri dan seorang ibu seperti Bibi saya.
Bibi saya sempat pingsan (gak kuat, air mata sayapun menetes) ketika detik-detik Dendy hendak dimasukan ke liang kubur. Siuman ketika Dendy sudah masuk kedalam kubur, sambil berteriak : "Kasihan Dendy......!!" (mulai menyeka-nyeka mata yang sudah berair).
Dan sekali lagi, keikhlasan Bibi saya diuji. Jika bukan karena ikhlas akan takdir Allah SWT, Bibi saya pasti tidak setegar sekarang ini.
Ikhlas dalam menerima takdir Allah SWT, menjadikan diri selalu kuat, selalu berfikiran positif terhadap ketentuan Allah SWT.
Allah berfirman dalam Surat Al Ankabuut ayat 2: Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) rnengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?
Allah berfirman dalam Surat Al Ankabuut ayat 2: Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) rnengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?
Surat Al Baqarah ayat 155: Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadanya dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar.
Surat At Taghaabun ayat 11: Tidak
ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin
Allah. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan
memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.
Maha Benar Allah dengan segala FirmanNya.
Ikhlas.... bagaimana dan dimana posisi ikhlas itu berada dalam kehidupan kita? Hanya diri kita yang tahu. Yang jelas, jika kita selalu ikhlas, InsyaAllah hidup kita akan selalu tenang.
Hiks, sulit banget Mak buat ikhlas. :'( Tapi gimana pun juga, itu wajib.
ReplyDeletebetul mak, walaupun sulit tapi sebagai org yg beriman, itu suatu keharusan
Deletepedih ya mbak. ga bisa mbayangin. ga minta yg begitulah. ini ikhlas tingkat tinggi mgkin ya. semoga bibinya dpt pengganti dunia akhirat yg lebih baik.
ReplyDeleteAamiin... Aamiin... terima kasih atas doanya mba
DeleteMasya Allah, luar biasa beratnya ditinggal keluarga tercinta ya, Mak. Semoga bibinya selalu diberikan kekuatan dan keikhlasan.
ReplyDeleteAaamiin... YRA. Makasih ya mak...
Deletebelajar ikhas dari suatu kejadian ya
ReplyDeleteya.. semua peristiwa bisa kita jadikan renungan, agar keikhlasan selalu ada di hati kita dlm menjalan hidup ini.
DeleteManusia diuji dengan aneka ragam oleh Allah Swt. Ada yang diuji harta,anak atau jabatan. Hanya dengan sabar dan ikhlas maka kita tak akan terombang-ambing.
ReplyDeleteSabar da syukur adalah sikap orang beriman
Semoga bibi bisa ikhlas menerima ujian ini. Amin
Salam hangat dari Surabaya
Aamiin. Iya Pak De. Makasih sudah mampir
DeleteIkhlas ibarat nafas Mbak Santi. Kadang begitu ringan sahat kita sehat wal 'aafiat. Kadang berat bahkan tersumbat saat kita terserang flu.
ReplyDeletebetul banget mas... :)
Deleteikhlas memang gampang diucap tapi berat dilakukan ya mbak, bahkan seribu kali mengucap ikhlas pun belum tentu hati sudah benar2 ikhlas. :)
ReplyDeletesukses buat GA-nya mbak,
betul mak.. makasih ya..
Deleteikhlas itu memang beraaattt banget ya mbak, tapi Allah pasti punya rencana yg lebih indah untuk bibi nya. semoga bibi sekeluarga selalu sehat dan tabah ya mbak :)
ReplyDeleteAamiin... makasih mak..
Deleteikhlas itu memang gampang di ucapkan dan sulit sekali untuk diaplikasikan :)
ReplyDeleteKarena sejatinya tidak ada yang kita miliki. Bahkan nyawa pun bukan milik kita, tetapi milik Allah semata.
ReplyDeleteSemoga bibi-Mak diberikan ketabahan menerima ujian, aamiin...
Ya Allah...semoga keikhlasan Bibi dan Mba Santi mampu menguatkan kehidupan Bibi ya Mba...
ReplyDeleteInsya allah, allah berukan ketegaran pada bibi mba santi dalan menghadapi cobaan berat ini, saya pun mengalami ujian serupa suami saya meninggal sudah setahun lebih, saya juga sangat sedih tapi saya harusikhlas dan tegar karena ini semua sudah ditakdirkan oleh allah swt.
ReplyDeleteharus selalu berusaha untuk ikhlas, segala apapun yang meneimpa kita
ReplyDeletesubhanallah, ceritanya bagus, banyak menyimpan nilai positfi di dalamnya ;) trutama belajar ikhlas
ReplyDeleteSubhanallah...ceritanya mirip dg sekali saudara saya,,semoga jd inspirasi kita untuk sllu ingat bahwa apa yg ada didunia ini tak ada yg kekal kecuali Allah.
ReplyDeleteSaya juga barusan kehilangan anak semata wayang saya...5 juli 2015 dihari minggu tepatnya waktu adzan ashar berkumandang....anak saya menghembuskan nafasnya diusia 17 bulan...bulan depannya abang angkat saya meninggal tenggelam bersama anak laki lakinya umur 9 thn...meninggalkan seorang istri dan seorang putri....saya dan istri ab angkat sy tlah di uji oleh ALLAH SWT dlm wkt berdekatan...semoga kami diberi ketabahan yg lebih utk menghadapi semua cobaan ini..sesungguhnya ALLAH SWT tidak akan menguji umatnya diluar batas kemampuan umatnya....wlpun kadang tidak dipungkiri sebagai manusia biasa...saya msh meneteskan air mata mengingat anak saya...semoga diberi ketabahan lebih dalam menghadapi semua cobaan ini..amin
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete