Tuesday, April 22, 2014

Ikhlas Akan Takdir Allah SWT

Sungguh, ini adalah peristiwa nyata yang mengharu biru dan sangat mengiris-iris/menyayat hati. Kepiluan dan kesedihan pernah hadir disini, dalam cerita ini, dalam kehidupan nyata ini, kehidupan Bibi (tante) saya. (maaf ya Bi... peristiwa memilukanmu saya hadirkan disini, untuk kita pahami bahwa Allah lah pemilik satu-satunya hidup kita, dan kita harus ikhlas apapun yang akan dan telah Allah lakukan dan berikan pada kita). Semoga cerita Bibi saya ini bisa jadi cermin bagi kita untuk selalu bisa ikhlas dalam menerima  takdir Allah SWT.
Usia saya dan Bibi (adik bungsu Alm. Apa/Ayah saya) hanya terpaut 2 tahun. Ketika kami masih di SD, kami sering bermain bersama. Tapi ketika kami sudah dewasa, kami sudah jarang bersama lagi.

Bibi saya memiliki 2 orang anak laki-laki, Dafha dan Dendy. Dafha memiliki tubuh tinggi besar, sementara Dendy bertubuh gemuk. Usia suami Bibi dengan Bibi selisihnya mungkin sekitar 3-4 tahun. Suami Bibi dan Bibi bekerja pada kantor yang sama, begitu pun saya.
 Tragedi terjadi ketika suami Bibi saya jatuh di toilet kantor, yang menyebabkan Om saya tersebut tak sadarkan diri, dan langsung dilarikan ke RS. Diagnosa dokter, Om saya mengalami stroke. MasyaAllah, stroke di usia muda, usia sekitar 40 tahun. Setelah sembuh, sembuhnya pun tidak total, tangan kanan dan kaki kanannya tidak bisa berfungsi 100%, walaupun masih bisa berjalan. 
Selang sekitar 2-3 tahun dari stroke pertamanya, Om saya mengalami stroke kedua. Dan stroke kedua inilah yang menyebabkan Om saya tidak tertolong lagi. Ya... Om saya meninggal di usia sekitar 42 tahun, usia muda. Meninggal karena stroke dengan meninggalkan seorang istri yang masih muda tentu saja, 2 orang anak yang masih kecil, yang keduanya masih duduk di bangku SD. Pilu, sedih, getir, hampa, porak poranda dan entah apa lagi  yang ada di hati dan dirasakan oleh Bibi saya. Masih muda sudah ditinggal pergi sang suami tercinta.
Kalau bukan karena ikhlas akan takdir Allah SWT, mungkin Bibi saya sampai sekarang masih belum bisa menerima kenyataan pahit tersebut.

Waktu berjalan, sudah sekitar 2 tahun kepergian Om saya, peristiwa memilukan kembali terjadi dalam kehidupan Bibi saya. Belum juga habis luka itu kering, belum juga pilu itu sirna, belum juga kabut itu pergi, Bibi saya harus ditinggalkan orang terkasihnya kembali. Anak bungsunya, Dendy (saat itu usianya sekitar 10 tahun) dipanggil yang Maha Kuasa pemilik kehidupan (disini air mata saya mulai berlinang). Pedih, perih, sedih dan air mata kembali membuncah. Jangankan Bibi saya selaku ibunya Dendy, sayapun ikut terhenyak, kaget dan bergetar lemas dan lunglay. Ya Allah... kenapa Bibi saya lagi? sempat saya merintih. Astaghfirullahaladzim. Terus saya beristighfar, hanya ingin menguatkan hati dan ikut merasakan apa yang sepertinya Bibi saya rasakan. Tak dapat saya ungkapkan kepedihan hati seperti apa yang pasti dirasakan oleh seorang wanita, seorang istri dan seorang ibu seperti Bibi saya.
Bibi saya sempat pingsan (gak kuat, air mata sayapun menetes) ketika detik-detik Dendy hendak dimasukan ke liang kubur. Siuman ketika Dendy sudah masuk kedalam kubur, sambil berteriak : "Kasihan Dendy......!!" (mulai menyeka-nyeka mata yang sudah berair).
Dan sekali lagi, keikhlasan Bibi saya diuji. Jika bukan karena ikhlas akan takdir Allah SWT, Bibi saya pasti tidak setegar sekarang ini.

Ikhlas dalam menerima takdir Allah SWT, menjadikan diri selalu kuat, selalu berfikiran positif terhadap ketentuan Allah SWT.
Allah berfirman dalam Surat Al Ankabuut ayat 2: Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) rnengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?

Surat Al Baqarah ayat 155: Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadanya dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang­-orang yang sabar.

Surat At Taghaabun ayat 11: Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi pe­tunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Maha Benar Allah dengan segala FirmanNya.
Ikhlas.... bagaimana dan dimana posisi ikhlas itu berada dalam kehidupan kita? Hanya diri kita yang tahu. Yang jelas, jika kita selalu ikhlas, InsyaAllah hidup kita akan selalu tenang.




25 comments:

  1. Hiks, sulit banget Mak buat ikhlas. :'( Tapi gimana pun juga, itu wajib.

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul mak, walaupun sulit tapi sebagai org yg beriman, itu suatu keharusan

      Delete
  2. pedih ya mbak. ga bisa mbayangin. ga minta yg begitulah. ini ikhlas tingkat tinggi mgkin ya. semoga bibinya dpt pengganti dunia akhirat yg lebih baik.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin... Aamiin... terima kasih atas doanya mba

      Delete
  3. Masya Allah, luar biasa beratnya ditinggal keluarga tercinta ya, Mak. Semoga bibinya selalu diberikan kekuatan dan keikhlasan.

    ReplyDelete
  4. belajar ikhas dari suatu kejadian ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya.. semua peristiwa bisa kita jadikan renungan, agar keikhlasan selalu ada di hati kita dlm menjalan hidup ini.

      Delete
  5. Manusia diuji dengan aneka ragam oleh Allah Swt. Ada yang diuji harta,anak atau jabatan. Hanya dengan sabar dan ikhlas maka kita tak akan terombang-ambing.
    Sabar da syukur adalah sikap orang beriman
    Semoga bibi bisa ikhlas menerima ujian ini. Amin
    Salam hangat dari Surabaya

    ReplyDelete
  6. Ikhlas ibarat nafas Mbak Santi. Kadang begitu ringan sahat kita sehat wal 'aafiat. Kadang berat bahkan tersumbat saat kita terserang flu.

    ReplyDelete
  7. ikhlas memang gampang diucap tapi berat dilakukan ya mbak, bahkan seribu kali mengucap ikhlas pun belum tentu hati sudah benar2 ikhlas. :)

    sukses buat GA-nya mbak,

    ReplyDelete
  8. ikhlas itu memang beraaattt banget ya mbak, tapi Allah pasti punya rencana yg lebih indah untuk bibi nya. semoga bibi sekeluarga selalu sehat dan tabah ya mbak :)

    ReplyDelete
  9. ikhlas itu memang gampang di ucapkan dan sulit sekali untuk diaplikasikan :)

    ReplyDelete
  10. Karena sejatinya tidak ada yang kita miliki. Bahkan nyawa pun bukan milik kita, tetapi milik Allah semata.

    Semoga bibi-Mak diberikan ketabahan menerima ujian, aamiin...

    ReplyDelete
  11. Ya Allah...semoga keikhlasan Bibi dan Mba Santi mampu menguatkan kehidupan Bibi ya Mba...

    ReplyDelete
  12. Insya allah, allah berukan ketegaran pada bibi mba santi dalan menghadapi cobaan berat ini, saya pun mengalami ujian serupa suami saya meninggal sudah setahun lebih, saya juga sangat sedih tapi saya harusikhlas dan tegar karena ini semua sudah ditakdirkan oleh allah swt.

    ReplyDelete
  13. harus selalu berusaha untuk ikhlas, segala apapun yang meneimpa kita

    ReplyDelete
  14. subhanallah, ceritanya bagus, banyak menyimpan nilai positfi di dalamnya ;) trutama belajar ikhlas

    ReplyDelete
  15. Subhanallah...ceritanya mirip dg sekali saudara saya,,semoga jd inspirasi kita untuk sllu ingat bahwa apa yg ada didunia ini tak ada yg kekal kecuali Allah.

    ReplyDelete
  16. Saya juga barusan kehilangan anak semata wayang saya...5 juli 2015 dihari minggu tepatnya waktu adzan ashar berkumandang....anak saya menghembuskan nafasnya diusia 17 bulan...bulan depannya abang angkat saya meninggal tenggelam bersama anak laki lakinya umur 9 thn...meninggalkan seorang istri dan seorang putri....saya dan istri ab angkat sy tlah di uji oleh ALLAH SWT dlm wkt berdekatan...semoga kami diberi ketabahan yg lebih utk menghadapi semua cobaan ini..sesungguhnya ALLAH SWT tidak akan menguji umatnya diluar batas kemampuan umatnya....wlpun kadang tidak dipungkiri sebagai manusia biasa...saya msh meneteskan air mata mengingat anak saya...semoga diberi ketabahan lebih dalam menghadapi semua cobaan ini..amin

    ReplyDelete
  17. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete

terima kasih sudah memberikan komentar, kritik dan saran