Thursday, September 16, 2021

Mari Mengenal Kusta

Mari Mengenal Kusta. Hari Senin tanggal 13 September 2021 yang lalu, saya mengikuti talkshow bersama rekan-rekan blogger dari Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) yang diadakan oleh Ruang Publik KBR yang bekerjasama dengan NLR. Talkshow pagi itu mengambil tema tentang Gaung Kusta di Udara. Dengan nara sumber dr. Febina Sugianto (Junior Technical Advisor NLR Indonesia) dan Malika (Manager Program & Podcast KBR) dengan Rizal Wijaya sebagai host KBR.

KBR yang merupakan singkatan dari Kantor Berita Radio berdiri sejak tehun 1999. KBR itu sendiri adalah penyedia konten berita berbasis jurnalisme independen. Dengan didukung oleh reporter dan kontributor terbaik yang tersebar di berbagai kota di tanah air dan Asia. Produk KBR telah digunakan lebih dari 500 radio di Nusantara dan 200 radio di Asia dan Australia. Woww banget ya..

Sementara NLR adalah salah satu lembaga yang fokus pada isu tentang kusta. Netherlands Leprosy Relief atau NLR adalah suatu lembaga yang memelopori  dalam percepatan dunia tanpa kusta dan lingkungan yang inklusif bagi penyandang disabilitas. NLR berusaha mendukung program-program pemerintah saat ini dengan kegiatan inovasi yang baru.

KBR berkolaborasi dengan NLR Indonesia untuk meningkatkan literasi masyarakat terkait kusta. KBR ini juga suka mengangkat isu-isu tentang disabilitas. Dalam podcast-nya KBR seringkali bekerjasama atau berkolaborasi dengan lembaga terkait. Seperti kali ini KBR mengangkat isu tentang kusta dan berkolaborasi dengan NLR.


Indonesia belum bebas kusta. Bahkan Indonesia termasuk negara dengan peringkat ketiga di dunia. Sedih ya mendengarnya. Padahal kita mendengar tentang kusta ini sudah lamaaa sekali. Tapi ternyata, penderita kusta di negara kita masih banyak, bahkan berada di urutan ketiga dunia.

Kusta sendiri itu adalah penyakit infeksi kronis yang menyebabkan lesi (bercak) kulit dan kerusakan saraf. Dan kusta dapat disembuhkan.

Kasus kusta di Indonesia dari tahun 2020 sebesar 16.700 kasus, terjadi penurunan sebenarnya dibanding tahun 2019 yang mencapai 17.439 kasus. Penurunan ini bisa menjadi kabar baik atau kabar buruk. Kabar baiknya, karena mungkin memang benar adanya penurunan kasus yang artinya effort yang dikeluarkan untuk tujuan eliminasi kusta itu sudah tercapai atau juga malah screening yang dilakukan tidak secara rutin karena ada restriksi sejak pandemi covid 19. 

Di Indonesia, sebanyak 26 provinsi telah mencapai eliminasi kusta. Masih ada 8 provinsi yang belum mencapai eliminasi, yaitu provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. Sebabnya daerah-daerah tersebut belum mencapai eliminasi kusta karena daerah-daerah yang sulit dijangkau sehingga informasi sulit untuk masuk. Kusta juga banyak menyerang masyarakat yang kurang mampu. Asupan gizi yang kurang membuat daya tahan tubuh pun lemah sehingga mudah terkena kusta. Sementara terdapat 113 kabupaten/kota yang dilaporkan belum mencapai eliminasi kusta dari 514 kabupaten/kota yang tersebar di 22 provinsi yang ada di Indonesia. Sementara proporsi anaknya sendiri kasus anak penderita kusta masih tinggi. Di tahun 2019 ada 11 persen dan di tahun 2020 ada 10 persen.

Menurut dr. Febina Sugianto Faktor-Faktor kasus kusta masih tinggi adalah : 

1. Indonesai merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 17.000 pulau dengan kondisi sosio geologis dan geografis yang berbeda-beda di tiap daerahnya. Dan untuk mencapai ke semua kantong-kantong kusta itu butuh effort yang besar dan acsessibility yang kurang.

2. Stigma, dimana masyarakat yang sudah tahu, sudah terdiagnosa kusta, sudah terkonfirmasi memiliki kusta tapi tidak mau menjalani pengobatan atau malah dikucilkan.

Ada berapa jenis kusta? Ada 2 jenis kusta yaitu : PB (Pausi Basiler) dan MB (Multi Basiler). Yang paling banyak di Indonesia adalah Multi Basiler. 

Perbedaan antara PB dan MB dari bentuknya, ada beberapa tanda utama. Misal di Pausi Basiler itu lesi (bercak di kulit) nya sedikit.karena memang jumlah kumannya lebih sedikit. Lesinya itu 1-5 lesi. Bisa terdapat hipopigmentasi yang artinya warna kulitnya itu bisa lebih cerah dari warna kulit sekitarnya, distribusinya asimetris, maksudnya misal di punggung saja atau di tangan saja, atau di telinga kanan saja. Terdapat mati rasa pada lesinya, di bagian warna yang lebih muda itu ketika disentuh tidak terasa, karena fungsi sarafnya berkurang di area tersebut. Dan biasanya hanya menggangu fungsi satu saraf misalnya kalau di wajah, di wajah saja, tidak ada fungsi saraf lain yang terganggu. 

Sementara yang Multi Basiler karena memang kumannya lebih banyak, ciri-cirinya biasanya lesinya itu lebih dari 5 bercak, bisa ada di punggung, di bagian tubuh lain, pokoknya menyebar. Lesinya simetris, jadi ada di sisi kiri dan kanan, tersebar merata. Mengalami mati rasa dan mempengaruhi lebih dari satu saraf, misal di kaki kanan dan kiri. Jadi saraf kanan dan kirinya terganggu.

Lalu, mengapa sepertinya kusta itu sulit untuk disembuhkan? Salah satu penyebabnya adalah adanya stigma buruk di masyarakat. Nah... ini terkait dengan hoax atau mitos seputar kusta.

Memang apa saja hoax atau mitos seputar kusta? dr. Febina Sugianto menjelaskan tentang ini, bahwa :

1. Masih banyak yang berfikir kalau kusta itu adalah kutukan, atau akibat dari dosa yang dilakukan di masa lalu. Akibatnya penderita kusta mengalami kecenderungan pada rasa malu untuk mencari pertolongan atau pengobatan.

2. Kusta menular dengan sentuhan
Penderita kusta perlu ditemukan dan perlu pengobatan. Dan pengobatan penderita kusta bukanlah pengobatan yang pendek dan butuh banyak support. Kalau sudah ada stigma kusta tidak boleh disentuh, bagaimana penderita kusta bisa diobati?

3. Kusta itu kurang menjaga kebersihan.

4. Kusta itu tidak bisa disembuhkan
Adanya stigma ini membuat penderita putus asa dan akhirnya pasrah tidak mau diobati karena merasa percuma. 

Kusta itu bukan penyakit kutukan dan bisa disembuhkan. Penularan kusta itu butuh waktu yang lama, dan tidak segampang yang kita fikirkan. Penularannya butuh kontak erat selama 15 jam. Disamping itu, penderita kusta yang sudah menjalani pengobatan, 72 jam setelah dosis pertama dikonsumsi penderita kusta, resiko penularannya sudah jauh turun, hanya tersisa sekitar 20% bahkan kurang dari 20% dan itu jadi sangat tidak menular. Dari 100 orang yang pernah kontak dengan penderita kusta, yang terinfeksi itu hanya 5 orang dan yang bergejala itu hanya 2 dari 5 orang. Transmisinya itu sangat rendah.

Lalu bagaimana dengan pengobatan penderita kusta? Pengobatan untuk kusta disebut MDT (Multi Drug Therapy). Ini adalah kombinasi obat yang bentuknya blister (satu sachet) isinya beberapa obat yang di minum setiap hari. 

➖Untuk kusta yang tipe Pausi Basiler (PB) setiap blister untuk satu bulan dan dibutuhkan 6 blister yang dapat dikonsumsi selama 6-8 bulan.

➖ Untuk Multi Basiler (MB) menggunakan blister untuk satu bulan tapi butuh blister yang bisa dihabiskan dalam waktu 12-18 bulan. Jadi satu blister/bulan.

Sementara setiap pengobatan biasanya ada efek sampingnya ya, dan efek samping dari pengobatan kusta ini pun ada, diantaranya yaitu : 

1. Perubahan warna kulit jadi lebih gelap

2. Gangguan di saluran pencernaan. Ada yang merasa mual, sakit perut atau badan rasanya panas. 

3. Alergi 

Dan apabila terjadi efek samping, untuk tahu apakah itu efek samping atau itu adalah reaksi kusta, atau reaksi dari penyakit lain yang diderita penderita kusta, perlu dilakukan konsultasi ke dokter atau petugas kesehatan di Puskesmas. Karena tidak semua penderita kusta memiliki efek samping yang sama.

Untuk penderita kusta yang mengalami kecacatan karena mungkin terlambat penanganan, bisa dilakukan rehabilitasi  Rehabilitasi itu bisa dengan exercise dengan melakukan beberapa gerakan yang dilakukan secara repetitif dan setiap hari, bisa juga dengan menggunakan alat-alat yang digunakan untuk membantu kegiatan sehari-hari. Untuk sembuh sempurna itu, ada yang bisa kembali dan berfungsi normal seperti sedia kala ada juga yang menetap. 

Dan pengobatan MDT penderita kusta sudah tersedia di seluruh Puskesmas. 

Karena banyaknya pemahaman yang minim dari masyarakat, bahkan dari tenaga kesehatan sendiri tentang kusta ini, program-program apa saja yang dilakukan oleh NLR terkait dengan minimnya pemahaman tentang kusta?

NLR sendiri memiliki 3 program utama dalam menangkal stigma-stigma tentang kusta di masyarakat dan minimnya pemahaman tentang kusta, diantaranya adalah : 

1. Menghentikan transmisi 

2. Mencegah terjadinya kecacatan

3. Menurunkan stigma

Salah satu program yang diunggulkan dari NLR ini adalah Awarness Raising Program yang disebut dengan SUKA (Suara Untuk Indonesia bebas Kusta). Sasarannya publik secara umum melalui talkshow di radio secara bulanan, mahasiswa khususnya di bidang ilmu kesehatan melalui seri webinar, kemudian media-media melalui sensitisasi dalam produksi konten yang sensitif, disabilitas, termasuk kusta di dalamnya 

Menurut Mbak Malika dari KBR ini , Goal KBR sendiri dalam mengangkat isu-isu marginal seperti kusta dan disabilitas adalah : Keinginan dari KBR sendiri tentunya ingin ada pemahaman lebih di masyarakat tentang terutama kusta ini. Dengan adanya pemahaman yang baik dari masyaraka,t bisa mencegah orang untuk berprilaku atau bersikap diskriminatif. Harapannya stigmanya turun terus dan tidak ada lagi diskriminasi. 

Harapan dari dr. Febina untuk media-media lain bisa lebih berpihak kepada isu-isu marginal dengan menyampaikan pesan-pesan yang positif , membangun dan mengedukasi bukan melihat dari kacamata belas kasihan.

Subhanallah... banyak sekali manfaat dan ilmu yang saya petik dari mendengarkan Talkshow Ruang Publik KBR - Gaung Kusta di Udara ini. Saya yang tadinya awam, tidak tahu sama sekali tentang penyakit kusta ini, jadi paham. Stigma-stigma di masyarakat tentang kusta harus dihapuskan. Mitos-mitos tentang kusta harus dibuang. Penderita kusta berhak berhak hidup layaknya orang normal. 

Terima kasih untuk IIDN, KBR dan NLR. Sungguh talkshow yang menarik dan mengedukasi masyarakat. Semoga dengan talkshow ini semakin banyak pihak yang tahu dan paham tentang kusta. Mari Mengenal Kusta.

18 comments:

  1. Sedih dengarnya, padahal kusta bisa berada disembuhkan, tetapi karena stigma butuk ini jadi sulit dan lebih sedih lagi negara Indonesia berada di urutan ketiga dunia. Padahal udah jarang dengar tentang kusta sekarang.

    ReplyDelete
  2. Gak nyangka Indonesia di urutan ketiga penderita kusta terbanyak di dunia, padahal udah jarang banget menemui dan dengar tentang kusta.

    ReplyDelete
  3. Stigma buruk jadi faktor sulitnya penyembuhan kusta, hemm kalau gini harus mengubah pandangan tentang kusta, nih.

    ReplyDelete
  4. Dikucilkan, hemm ini sih yang jadi pukulan berat buat penderita penyakit terlebih kusta padahal mereka membutuhkan dukungan dari kita untuk sembuh.

    ReplyDelete
  5. Memang solusi tepat untuk stigma buruk ini, ya, program kayak gini, keren programnya semoga bisa bermanfaat untuk penderita kusta.

    ReplyDelete
  6. Gerakan terpadu untuk memberikan informasi mengenai penyakit kusta kepada masyarakat, terutama di daerah endemik, merupakan langkah penting dalam mendorong para penderita untuk mau memeriksakan diri dan mendapatkan pengobatan. Pemberian informasi ini juga diharapkan dapat menghilangkan stigma negatif tentang kusta dan diskriminasi terhadap penderita kusta.

    ReplyDelete
  7. Perubahan warna kulit teryata juga teryata bentuk efek samping pengobatan kusta ya. Sosialisasi sepeerti ini sangat dibutuhkan mba biar makin banyak yang melek soak kusta

    ReplyDelete
  8. Itulah pentingnya ilmu pengetahuan ya mbak, semakin banyak masyarakat yang teredukasi, penyebaran kusta akan semakin bisa ditekan. Semoga penyintas kusta sekarang lebih bahagia ya. Karena harapan sembuh besar dan mereka bisa beraktivitas selayaknya manusia lainnya.

    ReplyDelete
  9. waktu aku penempatan di Jenewa dan memang isu HAM serta kesehatan ,ba, aku banyak mendapat exposure tentang kusta or leprosy dan upaya di tingkat nasional, kawasan dan internasional yang telahdiambil untuk menanganinya

    ReplyDelete
  10. Stigma negatif ini nih yang akhirnya malah bikin kusta ga ilang-ilang dari Indonesia, huhuhu. semoga semakin banyak masyarakat yang teredukasi tentang ini ya kak

    ReplyDelete
  11. Aku juga baru tahu mengenai kusta ini dari KBR.
    Kampanye yang bagus untuk terus digaungkan kepada masyarakat agar aware terhadap penyakit kulit yang satu ini.

    ReplyDelete
  12. Aku baru paham tentang penyakit kusta ini. Dulu aku pikir ga ada obatnya. Ternyata kita memang perlu edukasi tentang penyakit satu ini ya.

    ReplyDelete
  13. Gak nyangka kalo Indonesia ada diurutan ketiga yg mengidap kusta. Makasih mba udah share soal penyakit ini. Jujur aku nggak aware soal kusta

    ReplyDelete
  14. talkshow yang menarik, dan aku ga ikut. Dengan membaca rangkuman mba santi jadi tau juga info soal kusta
    selama ini ilmuku masih kurang tentang kusta, padahal rame banget diomongkan

    ReplyDelete
  15. Saya beruntung hadir di diskusi online kali ini. Ternyata banyak hal yang tak saya ketahui tentang kusta, tentang pengobatannya, tentang cara penularannya yang tak semudah yang kita duga

    ReplyDelete
  16. wah bangus nih adanya program Suara Untuk Indonesia bebas Kusta ini.. awareness yang dibangun melalui talkshow, radio, webinar seperti di atas bisa lebih membuka wawasan atas stigma2 terhadap kusta.

    ReplyDelete
  17. Kusta belum musnah dari muka bumi ya mba Sangat ternyataa, hepi banget bisa nambah wawasan penyakit kusta ya dan stigma di masyarakat yang harus kita patahkan

    ReplyDelete
  18. Kota yang belum tereliminasi semuanya bagian timur yaa :(. Sedih juga kalo penyakit ini masih belum bisa hilang hanya karena percaya dengan mitos dan hoax yang tersebar. Ttg pasien kusta yang ga bisa sembuhlah, yang menular hanya dengan sentuhan sekilas, itu banyak memang aku denger. Belum lagi kalo penderitanya udah sampe mengalami jarinya putus dll, orang2 makin ga mau utk mendekat dan menolong :(. Malah ada penderitanya sampe dipasung segala hanya demi ga menular . Padahal penyakit ini bisa disembuhkan. Jadi miris ..

    Semoga dengan makin meluasnya info ttg kusta , penyakit ini bisalah dieliminasi dari Indonesia nantinya :D

    ReplyDelete

terima kasih sudah memberikan komentar, kritik dan saran