Wednesday, October 27, 2021

Perjalanan Menuju Baduy Luar (Saba Baduy)


Sebelum perjalanan ke Leuwi Bumi yang catatan perjalanannya saya tulis disini, pekan sebelumnya saya dan suami melakukan perjalanan menuju Baduy Luar. Perjalanan ini sebetulnya perjalanan dadakan. Memang sebelumnya kami ingin jalan-jalan ke Ciboleger sekaligus ambil foto disana. Tapi hanya sampai Ciboleger saja. Makanya saat itu, ketika kami sampai Ciboleger, sempat ragu-ragu untuk melanjutkan perjalanan menuju kampung Baduy Luar. Karena untuk menuju ke kampung Baduy Luar, perjalanannya lumayan nanjak, butuh tenaga ekstra :), disamping itu kami sampai Ciboleger sudah terlalu siang, khawatir kembali pulang ke Serang terlalu sore.

Akhirnya setelah banyak menimbang, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju Baduy Luar. Udah sampai Ciboleger juga, sayang kalau tidak masuk ke dalam (Baduy Luar).

Persiapan Perjalanan dari Serang

Malam sebelum berangkat, kami persiapkan segala sesuatunya karena kami akan berangkat menggunakan sepeda motor dan perjalanan lumayan jauh, Serang - Rangkasbitung.

Esoknya, kami berangkat sekitar jam 7 pagi. Melewati kota Rangkasbitung, kami sampai di Ciboleger sekitar jam 09.30 WIB. Sempat menemukan jalan yang rusak, tapi gak banyak. Kami menggunakan google map dan petunjuk jalan untuk bisa sampai ke Ciboleger. Ketika sudah mau sampai Ciboleger, jalanan menanjak, untung jalannya bagus. Kalau jalannya rusak, sepertinya saya harus turun dari motor seperti waktu perjalanan ke Leuwi Bumi deh wkwkwk...  Perjalanan ke Ciboleger sih enak, jalannya lebar banget, tidak seperti sewaktu ke Leuwi Bumi. 

Dari Ciboleger ke Baduy Dalam

Sampai Ciboleger, motor di parkir. Tempat parkirnya disini luas. Banyak yang bilang ini tuh Terminal Ciboleger, walaupun bukan seperti terminal pada umumnya, hanya tempat untuk parkir kendaraan tapi lumayan luas. Di pinggir-pinggirnya banyak warung dan penjual makanan. Kami pun karena lapar, mampir ke warung makan terlebih dahulu. Makan di warung makan yang kami kunjungi ternyata cukup mahal. Di warung makan, kami sempat ngobrol-ngobrol sama ibu warung. Dia juga yang nawarin suaminya buat nemenin kami masuk ke Baduy Luar. Awalnya si ibu warung nawarin tarif  200 ribu buat ngawal. Kami pikir mahal banget. Kami tawar 100 ribu. Mereka setuju.

Kami memulai perjalanan menuju Baduy Luar sekitar jam 10.30 WIB. Belum apa-apa, jalan sudah nanjak wkwkwk... Melewati pintu masuk menuju Baduy Luar, kami diminta mengisi seperti buku tamu dan membayar tiket masuk sebesar Rp.5.000/orang. 

Maka kami pun mulai menjelajahi setapak demi setapak pemukiman Baduy Luar. Jalannya sudah enak, dibuat jalan setapak menggunakan batu-batu yang tertata rapi. Menurut yang mengantar kami, semua dikerjakan oleh orang Baduy. Hebat. Saya percaya orang Baduy itu adalah pekerja keras. Sepanjang jalan, kanan kiri adalah rumah-rumah warga yang berbentuk panggung terbuat dari bambu. Di teras rumahnya ada yang menjual souvenir berupa tas-tas khas Baduy, kain Baduy, kain tenun Baduy, dll. Ada juga yang menjual minuman di teras rumahnya, menjual duren yang disebut dengan Kadu Baduy, ada juga para perempuannya yang sedang menenun. Ibu-ibunya ada yang sedang memintal benang dari kapas. Suasana pedesaan banget, suka banget lihatnya. Melewati hutan, huma (jadi ingat lagu nya God Bless, Huma di atas Bukit) hehe... ,sungai, kebun, indah banget.

Jalannya bebatuan seperti ini. Kadang nanjak, kadang turun :)

 

Melewati rumah-rumah suku Baduy

Dari Baduy Luar jika ingin masuk ke Baduy Dalam sekitar 12KM lagi. Melewati bukit-bukit. Mana tahaaaan wkwkwk... Kebayang dong ya, jalan melewati bukit itu seperti apa nanjaknya? 

Tentang Suku Baduy

Suku Baduy dipimpin oleh seorang yang dituakan yang disebut dengan Puun. Puun ini tinggal di Baduy Dalam. Suku Baduy Dalam boleh keluar dari Baduy Dalam, asal jalan kaki. Kemana pun pergi harus berjalan kaki, tidak boleh menggunakan kendaraan apapun, dan tidak boleh menggunakan alas kaki. Kata orang Sunda mah nyeker. Kalau melanggar, pasti terkena kita sebut saja karma. Entah itu sakit yang tak kunjung sembuh, atau apapun. Dan yang melanggar, harus keluar dari Baduy Dalam. 

Konon katanya perempuan di Baduy Dalam cantik-cantik dan putih-putih bersih. Saya sih belum pernah melihat, karena belum pernah masuk ke Baduy Dalam.

Suku Baduy Dalam pun tidak boleh memakai pakaian dari luar, khusus pakaian dari Suku Baduy itu sendiri saja. Juga tidak ada listrik. Berbeda dengan Baduy Luar, penduduk Baduy Luar sudah mengenal tekhnologi, bahkan ada lho... orang Baduy Luar yang memiliki akun shoppee, akun IG dan Youtube. Mereka berjualan segala yang berbau khas Baduy. Dan fasih berbahasa Indonesia, bahkan bahasa gaul :)

Suku Baduy biasanya menggunakan ikat kepala. Ikat kepala yang dipakai oleh Baduy Dalam dan Baduy Luar berbeda. Untuk Baduy Dalam ikat kepalanya bewarna putih yang dinamakan Telekung. Untuk Baduy Luar, ikat kepalanya bermotif berwarna biru agak tua yang dinamakan Lomar. Suami saya membeli Lomar, dan saya membeli pakaian dari kain motif Lomar. Tadinya mau membeli kain tenunnya, tapi tidak jadi.

Ikat Kepala yang dipakai oleh suku Baduy Luar disebut dengan Lomar, di sebelahnya tas khas Baduy yang disebut Tas Kepek


Ikat Kepala Telekung yang dipakai Suku Baduy Dalam



Suku Baduy Dalam harus menikah dengan suku Baduy Dalam juga. Jika memasuki Baduy Dalam, tidak boleh mengambil gambar, video atau apapun. Jangan sekali-kali melanggar aturan ini ya... Kalau di Baduy Luar, kita bebas berfoto-foto dan mengambil video.

Seru dan asyik menyusuri jalan setapak di perkampungan Baduy Luar ini. Walau cape dan cuaca terik, tapi asyik aja sih.. Di sepanjang jalan kami pun bertemu dengan para pengunjung lainnya. Banyaknya sih mereka rombongan. Sepertinya hanya kami saja nih yang datangnya berdua saja hehe

Trek terakhir para pegunjung biasanya di kampung Gazeboh. Di kampung ini ada jembatan terbuat dari bambu di bawah nya sungai yang dipakai untuk ber foto-foto. 
Sebelum sampai ke kampung Gazeboh, kami melewati banyak kampung Baduy. Dan di setiap kampung, mereka memiliki tempat penyimpanan hasil bumi terutama beras yang dinamakan Lieut.

Jembatan Gazeboh








Yang diatas itu, yang bentuknya seperti rumah, itu tempat menyimpan beras. Namanya Lieut. Tiap kampung memiliki Lieut. 

Nah disini, setelah kita menyeberang jembatan yang fotonya ada diatas, kita bisa beristirahat duduk-duduk di warung Baduy sambil menikmati suasana alam yang indah dan sejuk. Bisa sambil minum atau ngopi :)

Saya dan suami pun setelah menyebrangi jembatan, beristirahat disini sambil ngopi. dan membeli souvenir. 

souvenir yang semuanya terbuat dari alam


Souvenir diatas, ada yang terbuat dari bambu, dari akar tanaman apa gitu... lupa. Pokoknya semua terbuat dari alam. Ada gelas dari bambu, gelang dari akar tanaman, centong sayur dari batok kelapa, sendok, dll

Setelah dirasa cukup puas, kami memutuskan untuk kembali ke Ciboleger dengan berjalan kaki lagi tentunya :) Subhanallah... ada tanjakan yang tinggi dan panjaaang.... saya sempat ngos-ngosan dan beberapa kali berhenti untuk bersitirahat. Sempat beli air minum yang dijual di rumah-rumah penduduk, sempat membeli kadu Baduy juga :) Nyobain, seperti bagaimana sih rasanya kadu Baduy. Ya... kayak duren lah wkwkwk... Kadu Baduy ini bijinya besar, dagingnya tipis tapi manis. Manisnya menurut saya sih, beda ya, dengan duren-duren yang pernah saya coba.

Alhamdulillah... setelah perjuangan jalan kaki :), akhirnya sampai juga ke tempat awal kami datang. Sekitar jam satu kami sampai di Ciboleger. Ambil motor, bayar parkir, Rp 10.000,- kami pun pulang menuju Serang. Kami melakukan salat di Masjid menuju pulang. Sampai rumah, sekitar pukul 04.30 WIB. Alhamdulillah sampai rumah kaki pegal-pegal wkwkwk... tapi Saba Baduy ini membuat hati happy.

16 comments:

  1. Mantap mbak perjalanannya, sukses selalu mbak

    ReplyDelete
  2. Di Sulsel ada juga seperti orang Baduy, Mbak. Nama sukunya Kajang, ada Kajang Dalam dan ada Kajang Luar. Peraturannya mirip. Kalau di Kajang Dalkam, gak boleh diliput dan harus berpakaian hitam2.

    ReplyDelete
  3. Suka banget dengan suasana kampungnya. Pemandangan Baduy Luar aja udah semenarik itu, bagaimana dengan Baduy Dalam ya mbak?
    Dari dulu penasaran ingin lihat Baduy, tapi gak berani kalau jalan sendiri. Enakan rame-rame macam open trip giti lebih asik.

    ReplyDelete
  4. Kadu itu duren ya? :D
    Btw saya salut banget dengan jiwa petualangan orang-orang mengunjungi suku-suku terpencil kayak gini, perjalanannya aja luar biasa.
    Tapi memang semua keletihan tersebut terobati ketika bisa melihat kehidupan mereka dari dekat ya :)

    ReplyDelete
  5. Aku udah lama sekali pengen berkunjung ke Baduy tapi belum terwujud hingga sekarang. Asik juga ada yang nemanin ya mba dan mau dibayarRp 100 ribu. Lebayang kalau jalan lagi 12 kilo ke Baduy Dalam tuh perjuangan :D

    ReplyDelete
  6. Duuh..aku sudah lama ingin mengunjungi Baduy..terima kasih sdh berbagi cerita ini mba..makin ingin ke sana deh!

    ReplyDelete
  7. Nah ini perjalanan ke Baduy belum juga kesampean. Padahal suami udah ngajakin dari lama. Berarti cukup ya pulang pergi tanpa menginap. Kayaknya beneran harus dijadiin deh ke sana

    ReplyDelete
  8. Wah baru tau perbedaan Baduy dalam dan Baduy luar. MasyaAllah peraturannya ketat banget ya Baduy Dalam. Jadi penasaran liat orang yang Baduy Luar. Kesannya gimana Mba pas ketemu? ^^

    ReplyDelete
  9. Model petualang seperti ini yang saya minat, sayangnya blm ada temen yg mau berpetualang seperti ini. Kalau naik kereta gimana y mbak? Saya pengen naik KRL tp blm paham turun di stasiun terdekat dimana

    ReplyDelete
  10. aduuuh aku jadi pengen ikutan traveling dan mengunjungi daerah ini. Bnayak hal menarik yang bisa kita nikmati di sini yaaa

    ReplyDelete
  11. Akhirnya aku nemu cerita perjalan orang ke Baduy. Pengin banget uyy ke sana. Menurutku, suku yang masih kuat adatnya gini menarik banget buat dikunjungi. Sayang banget, ya, di Baduy Dalam nggak bisa ambil gambar atau video.

    ReplyDelete
  12. Aku pernah berkunjung ke Suku Baduy tapi uda lama banget saat SMA untuk study tour. Enak banget di sana, masih sangat asri. Tapi perjalanan menuju ke sana itu dulu luar biasa, hehehe

    ReplyDelete
  13. seru memang ya mba wisata budaya sekaligus menikmati pemandangan alam sepanjang perjalanan menuju lokasi pemukiman Baduy luar yaaa... capenya terbayar lunas pasti, hihi borong oleh-oleh apa aja nih?

    ReplyDelete
  14. Ingat banget suami bercerita saat kuliah diminta mengamati kehidupan sosial, bangunan sampai berinteraksi dengan Suku Baduy. Sehingga pulang, saat mengerjakan tugas tertulis, sangat berkesan dan ternyata hal ini rutin dilakukan dari waktu ke waktu.

    Semoga Suku Baduy tetap dijaga adat budayanya selalu yaa..
    Iya banget yaa, etos kerja kerasnya dan selalu dekat dengan alam.

    ReplyDelete
  15. Berarti enggak ada tempat khusus buat berjualan ya, Mbak? Itu hanya di teras2 rumah saja.

    Btw, kalau lanjut ke Baduy dalam itu nantiemginap paling, ya?

    ReplyDelete
  16. Aku ingin sekali jalan jalan ke daerah ini tapi masih belum ke sampean terus. mudah mudahan bisa kesana secepatnya.

    ReplyDelete

terima kasih sudah memberikan komentar, kritik dan saran